Di dalam Kastel Ljubljana yang terletak di tengah-tengah kota tua Slovenia, ada beberapa tabung besar berisi kepala. Menyeramkan. Kepala yang menempel dengan ruas tulang belakang itu melayang di dalam cairan kental. Jika kita menarik sebuah kawat di luar tabung, kepala itu bergerak.

Itu bukan kepala sungguhan tentu saja, meski gurat-gurat raut pada wajah itu tampak begitu nyata. Kepala-kepala itu adalah figur dari lakon Meat or Revelation, pentas boneka karya seniman boneka Slovenia Gregor Lorenci tentang momen-momen sebelum kematian. Satu boneka kepala itu dikendalikan 100 senar dan 6 animator ketika dipentaskan di panggung pada 2010. Kini, boneka itu menjadi bagian dari koleksi yang dipamerkan di Museum of Puppetry, Kastel Ljubljana.

Selain boneka kepala karya Gregor Lorenci, di pintu masuk museum pengunjung juga akan disambut oleh Sapramiska, karakter tikus yang sangat tersohor di Slovenia. Karakter ini diciptakan pada 1976 oleh penulis Slovenia, Svetlana Makarovic. Dalam sejarah pertunjukan boneka di Slovenia, Sapramiska telah dipentaskan 1.783 kali dan disaksikan hampir 300 ribu orang.

Memasuki museum ini lebih jauh, kita bakal semakin terbenam di keajaiban dunia dongeng Slovenia. Kita akan bertemu Kidder, pria kecil penghuni atap dengan baling-baling yang berputar di atas topinya. Baling-baling itu benar-benar bergerak, membuat seorang anak kecil pengunjung museum itu bergeming lama untuk memandanginya.

“Kau tahu, Kidder bisa terbang!” kata seorang pemandu museum.

Museum of Puppetry dikemas dengan interaktif. Pengunjung bisa menarik tuas untuk menggerakkan boneka atau mengintip melalui lubang kecil pada kotak hitam untuk melihat “kehidupan” boneka-boneka di dalamnya. Pemandu museum bercerita, ia kerap melihat sebuah keluarga memasuki museum bersama anak-anak yang sibuk dengan ponselnya. Namun, begitu tahu mereka bisa menyentuh dan menggerakkan boneka, mereka sama sekali lupa tentang ponselnya.

Penikmat museum ini bukan cuma anak-anak. Di sudut lain, Hakan (57), wisatawan dari Swedia, datang bersama istrinya dan sedang memperhatikan satu area yang memamerkan boneka dari pertunjukan The Sleepy Little Star, cerita karya Frane Jezek yang dipentaskan pada 1955.

Kisahnya tentang bintang di langit yang mempunyai rambut panjang keemasan. Ia bertugas menemani anak sebelum tertidur, menuntun pelaut melintasi samudera, dan membantu pengarang puisi menemukan rima yang tepat. Namun, karena kerap telat bekerja, ia menimbulkan kebingungan di Bumi. Anak-anak menangis, pelaut tidak bisa menemukan jalannya, dan penulis kehilangan rimanya. Cerita ini menjadi alur untuk film panjang pertama di Slovenia yang dibuat dengan karakter boneka pada 1965. Segmen penontonnya pun melintasi sekat-sekat usia.

“Kastel Ljubljana adalah tempat yang tidak akan kami lewatkan ketika berkunjung ke kota ini. Namun, kami baru saja tahu bahwa di dalamnya ada beberapa museum, termasuk museum boneka ini. Ini semacam kejutan yang menyenangkan karena dengan berkunjung ke satu tempat saja, ada banyak sekali yang bisa kita lihat,” tutur Hakan.

Tonggak sejarah

Museum of Puppetry Slovenia tidak hanya memajang boneka-boneka, tetapi juga memaparkan perjalanan seni pertunjukan boneka di negara ini. Jernej Prinat, pemandu Kastel Ljubljana, mengatakan, seni pertunjukan boneka memegang peranan penting dalam khazanah kekayaan budaya Slovenia.

“Museum of Puppetry dibuka pada Mei 2015 sebagai persembahan kepada seniman-seniman boneka Slovenia sekaligus sebagai bentuk pelestarian tradisi ini,” kata Jernej.

Museum of Puppetry memamerkan lebih dari 3.000 koleksi boneka dengan informatif. Selalu ada keterangan tertulis dalam bahasa Slovenia dan Inggris yang menyertai setiap display-nya. Selain itu, pengunjung bisa berkeliling dengan mandiri menggunakan alat pemandu suara (audio guide) yang disediakan di pusat informasi. Alat ini tersedia dalam 12 bahasa.

Di museum ini pengunjung juga bisa mempelajari tonggak sejarah seni pertunjukan boneka di Slovenia. Salah satu pertunjukan boneka paling awal digelar pada 1910, digagas pelukis Milan Klemencic. Pertunjukan berjudul Dead Man in a Red Coat ini dipentaskan di ruang tamunya.

Iklan Kompas/Fellycia Novka Kuaranita

Pertunjukan itu dinilai mengetengahkan kekayaan budaya dengan cara yang intelek dan kemudian membuka jalan bagi seni boneka Slovenia untuk masuk pada lingkaran produksi teater di Eropa. Klemencic lantas ditetapkan sebagai Bapak Boneka Slovenia.

Kita juga diajak memahami signifikansi peran pertunjukan boneka dalam menyampaikan beragam pesan, termasuk metafora tentang politik. Waktu itu 1941. Eropa sedang membara akibat Perang Dunia II. Di Dravsko Polje, sebuah region kecil di Slovenia, dipentaskan pertunjukan boneka berjudul Boundary Dispute.

Lakon itu dibuka dengan adegan sosok hakim yang masuk ke ruangan. Ia diikuti dua petani yang membawa bangku. Kedua petani itu, Plohl dan Janzekovic, berdebat tentang batas wilayah bangku yang mereka duduki. Hakim mencoba memediasi dan melerai mereka, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada persetujuan di antara kedua petani dan mereka berakhir dengan perkelahian. Dengan adegan-adegan sederhana, lakon ini menyentil perkara teritori negara.

Edi Majaron, pakar pertunjukan boneka dari Slovenia, menulis tentang seni ini sebelum World Puppetry Day pada 2014. Boneka, katanya, tidak pernah keji dan picik. “Mereka mengatakan semua yang perlu mereka katakan dengan cara yang tidak menyakiti kita,” tulisnya.

Museum yang kira-kira hanya seluas lapangan voli itu layaknya mesin waktu yang mampu membawa kita melintasi zaman dengan beragam kisahnya. Seperti panggung boneka yang cuma kecil, tetapi sanggup menampung drama kehidupan dengan episode dan imajinasi yang luas untuk dituturkan kembali. [FELLYCIA NOVKA KUARANITA]