Langit Jakarta sore itu sedikit mendung, tapi Blok M Square justru bercahaya oleh aroma menggoda dan sorak tawa pengunjung. Di setiap sudut, asap tipis mengepul dari wajan panas, menggoda indera dengan harumnya saus teriyaki, kaldu tom yum, hingga daging panggang. Diiringi denting musik mengalun dan riuh obrolan para food hunter, suasana itu seolah memindahkan kita dari Jakarta ke tengah keramaian Khaosan Road, Bangkok—penuh warna, penuh rasa.
Inilah Asian Food Market. Sebuah perayaan kuliner Asia yang digelar sejak 9 Juli hingga 20 Juli 2025, menghadirkan lebih dari 60 tenant makanan dan minuman khas dari berbagai negara Asia—Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, bahkan cita rasa fusion lokal yang tak kalah menarik. Bagi siapa pun yang pernah merindukan gegap gempita pasar malam Asia yang autentik, di sinilah tempatnya. Lampu gantung warna-warni menghiasi langit-langit, ratusan pengunjung berjejal dalam antrean sambil memilih: bao isi ayam madu atau ramen pedas level naga?
Tak hanya menggiurkan lidah, acara ini juga menyentuh sisi ekonomi yang lebih dalam. “Melalui Asian Food Market ini, kami ingin membantu UMKM meningkatkan penjualannya, sekaligus mempertemukan mereka dengan konsumen secara langsung,” ujar Tiana Elma Hetty, Regional Office Head Kantor Wilayah Jakarta I Bank BTN. Ia menjelaskan bahwa semua tenant yang hadir telah melalui proses kurasi ketat—bukan hanya autentik, tapi juga memiliki bisnis yang sudah matang dan siap berkembang.
Dengan target transaksi hingga Rp 3,5 miliar selama 12 hari, acara ini bukan sekadar pesta makanan, tetapi juga panggung besar bagi pelaku usaha untuk naik kelas. Terlebih lagi ada penawaran dukungan tambahan seperti cashback hingga 30 persen, fasilitas.
Bagi pengunjung, Asian Food Market adalah kesempatan merasakan dunia tanpa harus terbang ke luar negeri. Cukup satu langkah ke dalam tenda festival, dan kamu bisa berpindah dari gerai takoyaki ke stand yang menawarkan laksa Singapura, lalu menyudahi malam dengan teh tarik dan martabak. Anak-anak berlarian, pasangan muda menikmati baby crab sambil mendengar musisi jalanan memainkan lagu-lagu, dan para food blogger sibuk merekam setiap gigitan dalam kamera.
Festival ini bukan hanya tentang makan. Ia adalah ruang temu antara budaya, selera, pelaku usaha dan konsumen. Dan Jakarta, kota yang tak pernah tidur, kembali membuktikan bahwa ia selalu punya ruang untuk merayakan keberagaman dalam cara paling sederhana dan menyenangkan—melalui makanan.
Asian Food Market di Blok M Square tak hanya memberi pengalaman rasa, tapi juga rasa percaya bahwa kuliner bisa menjadi jembatan, ekonomi bisa tumbuh lewat cita rasa, dan bahwa setiap gigitan punya cerita untuk diceritakan. Jangan sampai ketinggalan—karena ini bukan sekadar festival, ini babak baru kebersamaan yang lezat.