Kawasan pesisir utara Jawa umumnya menjadi penghasil ikan laut segar. Hasil laut ini ada yang langsung dijual ke pasaran, ada pula yang diolah menjadi komoditas pangan lainnya. Ikan dan udang, contohnya, sering juga diolah menjadi kerupuk.

Salah satu daerah yang sudah terkenal dengan produk kerupuk ikannya adalah Indramayu. Kerupuk ikan Indramayu telah merambah berbagai kota di Jawa. Mungkin saja, kerupuk dalam toples di meja makan kita saat ini berasal dari sana.

Untuk melihat rutinitas pembuatan kerupuk ikan, kita bisa mengunjungi Desa Kenanga, Kecamatan Sindang. Ini adalah sentra produksi kerupuk ikan dan udang. Di sini, kita bisa menemukan sejumlah toko oleh-oleh yang menyediakan beragam jenis kerupuk ikan dan keripik khas Indramayu.

Pada sore hari, sekitar pukul 16.00 saat cuaca cerah, kita dapat melihat para pekerja tengah mengumpulkan puluhan tampah anyaman bambu. Tampah-tampah ini berisi kerupuk mentah yang baru saja dijemur. Tampah-tampah itu lalu disusun hingga terkesan menjulang tinggi yang selanjutnya akan disimpan dalam bangunan serupa gudang.

Pengaruh cuaca

menjemur kerupuk

Menurut salah satu pelaku usaha pengolahan kerupuk ikan dan udang di Indramayu, M Kharir, proses pembuatan kerupuk ikan bisa memakan waktu seminggu. Sementara itu, penjemuran membutuhkan waktu 1–2 hari, tergantung kondisi cuaca. Penjemuran kerupuk ikan mentah ini biasanya dilakukan sekitar pukul 07.00–16.00.

Pengeringan kerupuk mentah paling bagus menggunakan sinar matahari. Bila musim hujan tiba, produksi menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, para perajin mengandalkan oven untuk mengeringkan kerupuk. Pengeringan yang bagus akan membuat kerupuk ikan mentah bisa bertahan hingga lebih dari setahun.

Selain kendala musim yang memengaruhi pengeringan, masalah lain yang kerap ditemui perajin adalah ketersediaan ikan cunang atau ikan remang sebagai bahan baku kerupuk. Saat musim tertentu, jumlah ikan tadi cukup melimpah, tetapi ada kalanya tangkapan hanya sedikit. Oleh sebab itu, para perajin bersiasat dengan menyiapkan stok kerupuk mentah lebih banyak saat ikan sedang melimpah.

Usaha kerupuk ikan di Desa Kenanga dilestarikan secara turun-temurun. Masing-masing perajin kerupuk bisa mempekerjakan 20–50 karyawan. Perajin dapat memproduksi 2,5–3 ton per hari. Bahkan, ada juga yang mampu memproduksi total sekitar 10 ton kerupuk ikan mentah per hari.

Pemasaran Jawa dan Luar Jawa

Krisis ekonomi dan pandemi sangat memengaruhi keberlangsungan usaha kerupuk ikan. Sebagai gambaran, sebelum krisis moneter 1998, pelaku usaha kerupuk ikan di desa tersebut mencapai lebih dari 40 perajin. Sekarang jumlahnya telah berkurang sekitar separuhnya.

Umumnya, para perajin kerupuk ikan di Indramayu telah memiliki pelanggan atau pasar masing-masing. Ada yang mengirim produknya ke Yogyakarta, Magelang, dan Semarang. Banyak pula yang telah merambah wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan luar Jawa.

Kerupuk ikan yang masih mentah jauh lebih awet dibanding yang sudah digoreng. Untuk menggoreng kerupuk mentah, perajin menyarankan agar konsumen menggunakan minyak yang berkualitas bagus. Oleh karena itu, kerupuk matang bisa bertahan dua minggu.

Nah, jika pandemi ini telah teratasi, kita bisa jalan-jalan lagi untuk mengunjungi sentra produksi kerupuk ikan tadi. Menyenangkan lho bisa melihat langsung proses pembuatan kerupuk ikan yang gurih ini.