Beberapa tahun yang lalu, masih banyak orang yang enggan menggunakan kereta Jabodetabek untuk bepergian. Salah satu alasannya, keberadaan stasiun yang sering membuat mereka tidak nyaman.

“Waktu awal-awal kerja di tahun 2004, sempat kaget setengah mati naik kereta Jabodetabek. Karena pas menunggu kereta di stasiun terasa tidak nyaman. Banyak orang yang bukan penumpang lalu-lalang di peron sehingga peron terasa penuh. Kalau pulang malam terus naik kereta pun terasa menyeramkan karena banyak bagian di stasiun yang penerangannya tidak berfungsi dengan baik. Toiletnya pun kotor,” kenang Dias Yanti (37).

Namun, kini, menurut Dias, yang sehari-hari menjadi penumpang kereta rangkaian listrik (KRL) atau saat ini disebut dengan Commuter Line (commline) Depok–Jakarta, keberadaan stasiun dalam rentang waktu 3 tahun belakang ini sudah jadi lebih baik. Fasilitas yang ada salah satunya toilet juga mulai membaik.

Klasikamus
Transit Oriented Development (TOD), konsep ini memberikan arahan sebuah kawasan yang memiliki komunitas campuran di sekitar lokasi sebuah transit, antara lain terminal dan stasiun. Komunitas ini meliputi perumahan, pertokoan, pasar, fasilitas olahraga, kantor, ruang terbuka, dan fasilitas publik.

“Toilet bersih, zona-zona bagi para pedagang juga lebih tertata, dan untuk pulang malam pun, kini tak terlalu khawatir lagi karena jam operasional commline sampai jam 12 malam dan tampilan stasiun sudah tidak begitu menakutkan,” papar Dias.

2704 03

Pengembangan dan perbaikan sistem transportasi publik di Indonesia memang mutlak perlu dilakukan. Salah satu pihak yang telah mulai membenahi diri adalah PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Unit Pusat Pelestarian, Perawatan, dan Desain Arsitektur. Unit ini yang kemudian melakukan berbagai revitalisasi dan pengembangan tampilan stasiun di Indonesia, salah satunya 42 stasiun yang berada di kawasan Jabodetabek.

Stasiun-stasiun dengan tampilan lebih segar dan tidak menyeramkan, serta berbagai fasilitas yang dirombak menjadi lebih baik semua ditujukan bagi kenyamanan penumpang. Berdasarkan pantauan beberapa stasiun seperti Pasar Minggu, Manggarai, Cikini, Gondangdia, Palmerah, Sudirman, dan Tanah Abang kini sudah tampil dengan lebih rapi dan bersih.

“Kami melakukan ekspansi dan zoning untuk membuat stasiun sesuai dengan kebutuhan saat ini dan setidaknya dalam lima tahun ke depan. Kami membuat tampilan stasiun menjadi lebih lebar dengan desain minimalis untuk dapat mengakomodasi jumlah pengguna kereta yang semakin bertambah,” terang Kepala Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur PT KAI Ella Ubaidi.

Tampilan stasiun yang sudah tidak kumuh ini diharapkan dapat membuat masyarakat merasa nyaman dan tentunya aman untuk menggunakan jasa transportasi publik ini. Dipaparkan kembali oleh Ella, sejak dilakukan revitalisasi dan pengembangan stasiun, jumlah pengguna commline kini telah mengalami peningkatan.

2704 02

“Pada 2009, tercatat jumlah penumpang comline 250.000 per hari. Di 2014, meningkat sampai dengan 700.000 penumpang comline per hari. Ini terbukti semua lini di jasa transportasi ini kami benahi. Mulai melakukan pembaruan dari segi pelayanan yakni dengan menghadirkan sistem on-line sehingga lebih terdeteksi berapa jumlah penumpang per hari. Revitalisasi bangunan yang ada juga mampu membuat masyarakat mulai beralih menggunakan jasa kereta api ataupun comline,” jelas Ella.

Yang perlu diperhatikan juga adalah banyak stasiun di Indonesia merupakan warisan dari zaman Belanda. Semua dapat diperkirakan telah berusia 100 tahun lebih. Dengan usia yang begitu tua, tentu keberadaan stasiun tersebut perlu disesuaikan dengan keadaan zaman sekarang. Oleh karena itu, PT KAI juga melakukan pemugaran demi melestarikan bangunan-bangunan tua yang ada di stasiun. Lihat pada Stasiun Jakarta Kota, misalnya.

“Di balik semua revitalisasi yang telah, sedang, dan akan dilakukan, kuncinya adalah stasiun kereta api di Indonesia masih bersifat sebagai stasiun terminal angkut, belum bersifat Transit Oriented Development (TOD) seperti yang ada di Jepang, Hongkong, dan Singapura. Karena masih bersifat sebagai stasiun terminal angkut, hal yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah mengangkut para penumpangnya. Ini pelayanan namanya. Diharapkan 10–20 tahun mendatang beberapa stasiun yang ada di Indonesia bisa menjadi TOD. Stasiun kereta langsung akan terintegrasi dengan banyak tempat seperti pusat perbelanjaan dan tempat tinggal,” pungkas Ella. [ACH]

noted: kenyamanan dalam sebuah stasiun kereta