Bagaimana cara seorang anak dididik di rumahnya akan tecermin dari sikap, perilaku, dan karakter emosi yang dimilikinya ketika dewasa. Memiliki disiplin diri dianggap sebagai salah satu fondasi untuk menjadi dewasa. Pertanyaannya, bagaimana mengajar kedisiplinan secara efektif?

Mengajarkan disiplin pada dasarnya membimbing dan mengajarkan anak akan perilaku yang baik, tetapi tidak memaksa mereka untuk sekadar patuh. Kedisiplinan memang tak bisa lepas dari adanya bentuk hukuman jika melakukan pelanggaran. Akan tetapi, jangan Anda lupakan pula memberi apresiasi jika anak telah melakukan tindakan baik.

Ada banyak tipe mendisiplinkan anak yang bisa ditemui di dunia. American Health Association mendeskripsikan tiga tipe orangtua dalam mendidik anak. Ada yang disebut dengan tipe otoriter untuk menggambarkan cara mendidik yang tergolong kaku.

Peraturan orangtua tidak boleh dibantah, anak tidak diberi alasan jelas mengenai sebuah peraturan, dan tidak ada kompromi. Kedisiplinan memang tercipta, tetapi bukan berdasarkan rasa hormat dan penghargaan pada orangtua, melainkan rasa takut.

Ada pula yang disebut dengan tipe permisif. Umumnya, orangtua amat mencurahkan kasih sayang dan perhatian pada anak, tetapi kurang menerapkan kedisiplinan. Akibatnya kerap kebablasan sehingga anak bersikap semaunya. Tak jarang pula, rasa hormat pada orangtua terkikis secara perlahan karena ayah dan ibu seakan tidak berani mengatakan “tidak” pada anaknya.

Tidak ada batasan dan hukuman secara tegas yang diberikan pada anak saat melakukan kesalahan. Akibatnya, anak cenderung tidak disiplin serta bersikap egois dan manja karena merasa orangtuanya akan terus berada di pihaknya.

Tipe ketiga adalah yang memberi afeksi pada buah hati, tetapi juga memberi pemahaman jelas mengenai harapan dan konsekuensi. Orangtua tipe ini umumnya bersikap lebih fleksibel sekaligus kolaboratif dalam memberi solusi ketika anak mengalami kesulitan dalam menerapkan disiplin diri. Tipe ini dianggap cara mendidik yang paling efektif. Peraturan dan larangan yang diberikan, disertai alasan kuat dan terbuka terhadap sudut pandang anak. Anak dibuat mengerti bahwa setiap tindakan ada konsekuensi yang harus dijalani.

Sikap menghormati pun tercipta dan inilah yang menjadi fondasi utama dalam menerapkan pola disiplin dalam keluarga secara efektif. Tentu saja, juga perlu diikuti dengan sikap konsistensi dari orangtua. Orangtua yang bersikap inkonsisten dalam menerapkan kedisiplinan tidak akan membantu menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan anak. Demikian pula jika disertai hukuman yang bersifat kekerasan verbal dan bertujuan membuat anak merasa malu. [ADT]

Foto dokumen Shutterstock.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 November 2014