Amung Godhong, produk kriya dari Magelang, berkreasi dengan motif-motif unik pada kain, baik lewat eksplorasi teknik shibori maupun ecoprint. Ramah lingkungan menjadi nilai yang coba diupayakan produk ini.

Kesadaran orang tentang dampak yang ditimbulkan aktivitas konsumsi manusia terhadap lingkungan kian tinggi. Produk dengan nilai berkelanjutan pun kian banyak dikembangkan, salah satunya tekstil dan kriya ramah lingkungan. Seperti yang dilakukan Retno Setyaningsih lewat jenama Amung Godhong.

Kegemaran Retno bereksplorasi dengan kerajinan kain bermula sejak 2016. Awalnya ia melakukannya sekadar sebagai hobi. Ia membuat shibori, kain dengan teknik pewarnaan asal Jepang yang mengandalkan ikatan dan celupan sehingga membentuk motif-motif unik.

Baca juga:

Mangut Beong, Incaran Pemburu Kuliner di Magelang

Menikmati Wisata Candi di Jawa Tengah

Beberapa karyanya lantas diunggah di Facebook. Karya-karyanya mendapat perhatian dari kawan-kawannya. Mereka berminat untuk membelinya. Lama-kelamaan, permintaan japri-japri ini kian banyak.

“Dari situ, saya sadar ini punya peluang bisnis. Tapi, karena pada waktu itu masih pakai pewarna sintetis, saya tidak nyaman dengan limbahnya. Saya lalu beralih ke pewarna alami,” cerita Retno.

Merintis ecoprint

Beberapa waktu kemudian, tepatnya pada 2019, Retno mengeksplorasi pula teknik ecoprint. Ecoprint adalah produk bermotif tumbuhan, yang motifnya berasal dari tanaman asli. Ecoprint mempertahankan warna dan bentuk dari tumbuhan yang menjadi motifnya.

“Untuk membuat ecoprint, kain yang digunakan harus serat alami. Pewarnanya juga alami. Untuk motifnya, daun yang sering saya gunakan antara lain daun jati, legundi, tabebuya, jarak wulung, lanang, jambu biji, kelengkeng, mangga, dan pakis,” tutur Retno.

Produk ecoprint unik karena tak dapat diulang dengan persis dan tidak ada pola desain yang sama. Karena sifat pewarnaannya alami, warna yang dihasilkan dengan bahan-bahan yang sama pun bisa jadi berbeda, tergantung suhu, cuaca, dan kelembaban pada saat kain dibuat.

Proses pembuatannya pun membutuhkan ketelatenan. Pertama, perlu disiapkan kain putih. Jenis materialnya bisa apa saja, yang berasal dari serat alami, seperti katun, sutera, rayon, linen, dan sebagainya. Setelah itu, dicuci dengan bahan tertentu agar siap diwarnai. Selanjutnya adalah proses pewarnaan kain ini sendiri.

Tahap berikutnya adalah pemberian motif dengan dedaunan. Daun ditempelkan di atas lembaran kain, lalu di atasnya ditutup dengan “selimut” berupa kain putih, yang notabene kualitasnya di bawah kain utama. Kain kemudian digulung dengan rapat dan kuat, lantas diikat dengan tali. Buntalan kain ini perlu dikukus selama minimal dua jam, sebelum lanjut ke fiksasi dengan proses penguncian warna.

Saat ini, Amung Godhong menawarkan kain dan produk yang diolah dengan proses shibori, ecoprint, dan ecoshibori. Ecoshibori adalah kain yang dibuat dengan penggabungan motif shibori dan ecoprint. Untuk produknya sendiri, selain kain lembaran Retno juga mengkreasikannya menjadi kemeja, kebaya, kaos, topi, tas pinggang, atasan, celana kulot, hijab, dan syal.

Amung Godhong banyak dipasarkan secara daring atau pada pameran-pameran tertentu. Kamu yang penasaran dengan produknya bisa juga menyambangi Pasar Harmoni yang digelar serangkaian dengan Borobudur Marathon 2022.

Pasar Harmoni akan dihelat pada gelaran Race Expo di Grand Artos Hotel & Convention, Magelang pada 11–12 November dan ajang Bank Jateng Tilik Candi di Taman Lumbini, Borobudur. Sambil merasakan semaraknya ajang lari, kamu juga bisa eksplorasi lebih jauh kekayaan budaya dalam produk-produk lokal yang dipamerkan.