Kemampuan mesin untuk belajar telah terbukti semakin membaik. Penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pun semakin meluas dan terus berkembang di banyak sektor, mulai dari teknologi informasi, kesehatan, keuangan, pertanian, pemasaran, dan tak ketinggalan industri otomotif.
Kecerdasan buatan disebut-sebut menjadi inovasi termutakhir di tengah euforia teknologi digital seperti sekarang ini. Penggunaan konsep learning machine membuat produk AI semakin mampu mengambil keputusan berdasarkan kasus-kasus. Tentu, semua akan bermuara pada satu kata, “efisiensi”.
Hubungan komplementer antara manusia dan kecerdasan buatan inilah yang membuat terciptanya sejumlah terobosan. Sebut saja pada industri otomotif, yang teknologi robotik seakan telah mengonsep ulang campur tangan manusia dalam berkendara. Tanpa harus bersusah-payah, pemilik kendaraan bisa duduk santai untuk dapat menuju suatu tempat tanpa harus ada yang menyetir.
Inggris menjadi salah satu negara yang siap menyambut era ini. Pemerintah setempat berencana menggelar uji coba kendaraan otonom (driveless car) pada perjalanan dari London hingga Oxford pada 2019. Pengujian tersebut dilakukan oleh Remote Applications in Challenging Environments (RACE), sebuah pusat robotika yang bermarkas di Oxfordshire.
Negara Eropa lainnya seperti Swedia juga sedang giat mengembangkan teknologi yang menerapkan AI. Seperti yang dilansir Reuters, Volvo dan pemasok sistem keselamatan berkendara, Autoliv, bekerja sama dengan Nvidia yang dikenal di dunia teknologi informasi sepakat mengembangkan perangkat lunak untuk menciptakan kendaraan otonom.
Kecerdasan buatan yang disematkan pada sistem kendaraan tersebut nantinya berfungsi mendeteksi benda-benda yang ada di sekitar kendaraan. Tak hanya mengenali kendaraan atau benda yang ada di sekitar, sistem tersebut nantinya juga mampu mengantisipasi terjadinya ancaman keselamatan berkendara.
Mobil tanpa awak ini rencananya akan dipasarkan pada 2021. Sebelumnya, sistem kecerdasan buatan ciptaan Nvidia telah diuji coba oleh Volvo pada awal tahun ini melalui kendaraan semi-otonom di Gothenburg, Swedia.
Selain dengan Volvo, perusahaan yang terkenal dengan produk kartu grafis komputer ini menjalin kerja sama dengan produsen kendaraan ternama lainnya, seperti Mercedes, Audi, dan Toyota.
Lebih berpengetahuan
Seperti diberitakan Kompas pada awal Juni lalu, perusahaan perangkat lunak terbesar, Microsoft, juga sedang menyusun algoritma untuk menciptakan teknologi yang dapat membantu manusia dalam berkendara.
”Komputer kini jadi makin humanis dan lebih berpengetahuan. Kami berupaya membawa demokratisasi kecerdasan buatan ke berbagai aspek,” ujar General Manager Artificial Intelligence Microsoft India Sundar Srinivasan.
Nantinya, sebuah kamera akan dihadirkan untuk mengamati perilaku pengemudi. Saat si pengemudi tampak lelah, atau berperilaku negatif seperti menggunakan ponsel, sistem akan memberikan peringatan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kendaraan akan diprogram agar mampu mengurangi kecepatan secara otomatis.
Meski memberikan manfaat positif, invasi masif produk AI acap kali disebut-sebut dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia, seperti pada lapangan pekerjaan.
Terciptanya mobil tanpa awak, jasa seorang sopir semakin tidak dibutuhkan. Sistem keamanan yang menggunakan kamera dan sensor wajah seolah telah menggantikan tugas seorang security. Belum lagi di sektor usaha, lingkungan, dan perekonomian. Apakah kita juga harus ikut-ikutan “panik” dengan fenomena tersebut, atau “terpaksa” menghadapinya dengan arif dan bijaksana? [BYU]
Foto dokumen Shutterstock.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Juli 2017