Kayla sangat senang karena setelah satu bulan tidak bertemu dengan neneknya, akhirnya, hari ini, Kayla bisa berkunjung ke rumah nenek lagi.
Hari itu, cuaca sangat cerah, tetapi kondisi jalanan macet ketika hampir sampai di desa nenek. Kayla memperhatikan jalanan dari kaca mobil.
“Mama, kasihan sekali anak yang berjualan makanan di sana.” kata Kayla sambil menunjuk ke arah anak seusianya yang sedang berjualan di dekat perempatan jalan.
“Wah, iya Kay. Kelihatannya seumuran dengan kamu, ya.” jawab Mama.
“Ayo, kita beli makanannya, Pa!” ajak Kayla. Papa pun mendekatkan mobil ke arah anak itu. Anak itu tersenyum menyambut kedatangan mereka.
“Silakan…” Dengan ramah, ia menawarkan makanan yang dijualnya dalam keranjang. Kayla memilih beberapa kue mangkuk.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah nenek. Nenek terlihat sangat senang dan langsung memeluk Kayla.
“Oh iya, nek. Tadi, di jalan aku membeli kue mangkuk ini.” kata Kayla sambil memberikan bungkusan kepada nenek.
“Wah, Nenek sepertinya tidak asing dengan rasa kue ini. Apa kamu membelinya dari anak perempuan seusia kamu?” tanya nenek setelah mencicipi kue mangkuk itu. Kayla terkejut dengan pertanyaan nenek.
“Iya Nek. Nenek kok, tahu?” tanya Kayla penasaran.
Nenek pun bercerita tentang gadis penjual kue mangkuk itu. Namanya Tia. Rupanya ia tinggal di desa yang sama dengan nenek. Setiap hari, Tia membantu ibunya berjualan kue mangkuk di perempatan jalan yang tadi dilewati oleh keluarga Kayla. Tia melakukan itu untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolahnya.
Kayla yang mendengar cerita itu menjadi iba dengan keadaan Tia. Tia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya, sedangkan Kayla masih memiliki Mama dan Papa yang mampu mencukupi kebutuhannya. Dalam hati, Kayla sangat bersyukur.
“Mama, Papa, aku mau memberikan beberapa peralatan sekolahku untuk Tia. Walaupun tidak baru, aku ingin sedikit membantunya.” kata Kayla. Mama dan Papa tersenyum dan mengangguk.
Besok sorenya, Kayla yang sudah sempat kembali ke rumahnya di daerah perkotaan Wonosobo untuk mengambil peralatan sekolahnya, lalu diantar oleh neneknya menuju ke rumah Tia. Di sana, Kayla memberikan sebuah tas, beberapa buku dan alat tulis. Tia terharu dengan apa yang dilakukan oleh Kayla, padahal mereka sama sekali belum pernah saling mengenal.
“ Kayla, terima kasih sudah memberikan peralatan sekolah yang bagus ini.” kata Tia sambil mengusap air matanya. Kayla hanya tersenyum dan mengangguk. Dalam hatinya, ia merasa bahagia ketika dapat membantu walaupun hanya semampunya.*
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Sabatini Dewanti
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)