Pagi ini, Dino akhirnya berdiam lagi di rumah. Ibunya sedang menyiapkan sarapan. Ayahnya di kamar sedang duduk di depan laptop. Dino akhirnya kembali lagi ke kebiasaannya. Mengambil ponsel. Rebahan di belakang ayahnya, lalu menonton kartun lucu di YouTube.
Ayah Dino menoleh. Sudah dua hari ini, Dino terus saja main ponsel. Ayahnya menghela napas panjang.
Namun, kemudian ayahnya mempunyai ide, “Dino, kita main di luar, yuk.”
“Di luar ‘kan becek, Ayah.”
“Sudah tidak hujan, kok. Nanti habis sarapan, Dino main sama ayah, ya.”
“Tapi, filmnya belum selesai, Ayah.”
“Melihat ponsel lama-lama bahaya untuk kesehatan mata, loh. Sinar radiasinya juga bahaya untuk kesehatanmu. Jadi, Ayah akan ajak Dino main kali ini.”
“Kita mau memancing? tanya Dino.
“Ikut saja nanti.” Ayah tersenyum Dino penasaran.
Selesai sarapan, mereka akhirnya pergi ke parit selebar kurang dua meter yang tak jauh dari rumahnya. Mereka berjalan sekitar lima menit ke sana. Parit itu sebagai aliran irigasi guna mengairi sawah-sawah petani.
Dino heran kenapa tidak membawa alat pancing. Ayah Dino malah membawa beberapa pelepah pisang dari rumah.
Ayah Dino lalu memotong pelepah menjadi beberapa bagian dengan pisau. Tiap bagian panjangnya sekitar 20 sentimeter. Ayahnya mengambil lima potongan. Potongan-potongan itu akhirnya dijajarkan dan disatukan oleh ayah Dino dengan sebatang lidi yang ia bawa dari rumah.
Dino paham, susunan pelepah pisang yang disatukan itu mirip perahu bambu yang pernah ia lihat di sungai besar selatan desa. Dino melihat kagum. Ayah Dino membuatkan dua kapal pelepah daun pisang. Lalu menancapkan bendera daun pisang di atas kapal pelepah daun pisang.
“Sekarang, kita balapan kapal pelepah daun pisang. Kalau Dino menang, ayah akan kasih uang jajan bonus hari ini. Tapi, kalau Dino kalah, Dino harus janji untuk melihat ponsel dua jam saja sehari. Sepakat?”
Alis Dino mengerut. Dino seakan tak rela dengan hukuman ayahnya jika dia kalah. Tapi, Dino tetap mengangguk. Dino yakin akan menang. Mereka akhirnya meletakkan kapal bersama-sama untuk ditandingkan. Dua kapal pelepah pisang itu melaju mengikuti aliran air. Dan, ternyata kapal ayah Dino menang. Kapal Dino tersangkut ranting kayu.
“Yah, asyik juga, ya. Nanti aku akan ajak teman-teman boleh?’
“Boleh. Asal kamu tetap berhati-hati. Mengerti?”
Dino mengangguk. Lalu mengambil dua perahu pelepah pisang itu yang telah berhenti karena terbentur batu besar di pinggir parit. Wajah Dino gembira. Ayah Dino bahagia karena sudah bisa membuat Dino tak bosan lagi. [*]
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Dody Widianto
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)