Raut wajahnya ceria. Ia selalu senang pergi ke sekolah bersama kakak perempuannya. Sesekali anak itu terlihat melompat menghindari genangan air. Menggandeng tangan adik perempuannya, Almira mendengarkan Fiya berceloteh ramai tentang dua orang teman barunya di sekolah.
“Satu orang datang dari Kota Denpasar, yang lain dari Medan.”
Fiya sekarang duduk di bangku kelas empat SD, sedangkan Almira sudah kelas enam. Sambil bercerita, Fiya mengambil sebungkus permen dari dalam tasnya. Ia membuka bungkus permen dan membuang bungkus itu begitu saja di jalan.
Almira yang melihat langsung mengingatkan. “Fiya, kita buang bungkus permen di tempat sampah, yuk!”
Fiya lalu memandang sekelilingnya, tetapi tidak terlihat satu tempat sampah pun di tepi jalan. “Tapi, tidak ada tempat sampah. Aku buang ke mana?”
“Kalau begitu, ambil dahulu bungkus itu dan untuk sementara taruh di dalam tasmu. Kalau nanti ada tempat sampah, kita bisa buang.”
Fiya mengangguk, lalu memungut bungkus permen dan menaruhnya dalam tas.
Begitu sampai di sekolah, Fiya langsung membuang bungkus tadi ke tempat sampah dekat pintu gerbang sekolah.
Sepekan lewat. Almira, Fiya, ayah, dan bunda akan pergi berpiknik di sebuah taman besar di luar kota.
Pada malam sebelumnya, mereka membantu bunda menyiapkan makanan, minuman, dan tikar piknik. Mereka juga menyiapkan buku-buku cerita favorit yang akan dibawa.
“Bun, nanti sampahnya bagaimana, apa di taman ada tempat sampah?” tanya Almira melihat banyaknya makanan dan minuman yang disiapkan.
“Bunda kurang tahu juga. Tapi, bagaimana kalau kita siapkan kantong untuk sampah dari rumah?”
“Kalau tidak ada tempat sampah, kita bisa bawa semua sampah pulang,” kata bunda lagi.
Bunda lalu menyiapkan tiga kantong. Kantong untuk botol dan gelas plastik bekas, kantong untuk sisa makanan, dan kantong cadangan untuk jenis sampah lain.
Beberapa hari setelah mereka pergi berpiknik, kembali Almira dan Fiya terlihat berjalan menuju sekolah.
Seperti biasa Fiya menyelempangkan tas merah muda di dada. Anak itu lalu mengambil sebuah permen lolipop dan membuka bungkusnya dengan hati-hati. Namun, kali ini, ia juga mengeluarkan kantong kecil dari tas. Bungkus permen dimasukkannya ke dalam kantong.
“Aku sekarang bawa kantong untuk sampah.” Fiya berkata bangga.
Almira yang sejak tadi memperhatikan perilaku adik perempuannya mengangguk sambil mengacungkan kedua jempolnya.*
Penulis: May Wagiman
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita