Inisiatif untuk mewarnai kampung agar menjadi obyek wisata alternatif sekaligus memajukan ekonomi mulai menjamur. Tim Klasika sempat menyambangi salah satunya, yaitu Kampung Warna-warni di Malang, Jawa Timur. Seperti apa keindahannya?

Kalau Brasil punya Kickstarter di Rio de Janeiro dan Italia punya Cinque Terre, Indonesia punya banyak kawasan berwarni-warni yang tak kalah menarik. Antara lain Kampung Code di Yogyakarta, Kampung Warna-Warni dan Tridi di Malang, Jawa Timur, dan Kampung Pelangi di Semarang, Jawa Tengah. Masih banyak lagi kampung di daerah lain yang dikonsep seperti ini.

Kampung warna-warni di Malang atau juga dikenal dengan Kampung Jodipan ini salah satu kampung yang berhasil “disulap” menjadi salah satu destinasi wisata di Malang. Padahal, Jodipan dulu lebih dikenal sebagai permukiman kumuh.

Letak kampung Jodipan yang berada di perlintasan Daerah Aliran Sungai Brantas membuat kampung ini gampang ditemukan dan sangat eye-catching. Hal ini karena kampung permukiman padat ini tidak hanya warna-warni di bagian tembok, tetapi juga hingga atapnya. Belum cukup hanya dicat warna-warni, tembok-temboknya pun digambar mural yang serius, bukan sekadar coretan tangan iseng.

Kampung ini pun menjadi terlihat indah dan mengundang banyak perhatian. Pengunjungnya beragam, mulai dari keluarga dengan anak kecil, anak muda, dan orang dewasa. Tidak hanya wisatawan dalam negeri, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Biasanya, kegiatan pengunjung hanya berkisar pada berswafoto atau hal terkait dengan kegiatan fotografi. Namun, hal ini justru berimbas baik pada popularitas kampung ini. Unggahan foto di media sosial secara langsung melambungkan nama Kampung Jodipan.

Inisiatif mahasiswa

Perubahan citra Kampung Jodipan muncul dari sekelompok mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang menamakan dirinya Guyspro (Guys of Public Relation). Berawal saat kelompok ini hendak menyelesaikan tugas kuliah, proyek ini pun mendapatkan dukungan dari salah satu perusahaan cat asal Malang.

Proyek tersebut juga melibatkan komunitas mural dan seniman untuk melukis dinding rumah warga. Puluhan tukang cat dikerahkan untuk mengubah kampung Jodipan menjadi lebih “cerah”, sementara warga ikut membantu, baik dalam proses pengecatan maupun menyediakan konsumsi.

Pengecatan kampung ini awalnya dilakukan untuk mengubah wajahnya agar terlihat tidak kumuh, apalagi posisinya yang terlihat langsung dari jalan raya Gatot Subroto yang ramai lalu lintasnya. Selain itu, Guyspro ingin menyosialisasikan masalah sanitasi dan mengubah perilaku masyarakat yang sering membuah sampah ke sungai.

Efek domino

Perlahan tapi pasti, sarana sanitasi seperti toilet umum dibangun. Ada jajaran toilet umum yang memang digunakan warga secara bersama-sama. Tim Klasika Kompas pun sempat menggunakan toilet permanen nan sederhana ini. Dan, ternyata toilet itu sangat bersih walaupun kecil dan dipakai secara massal.

Seorang warga mengatakan, kini, perilaku buang sampah ke sungai itu sudah tidak ada. Warga secara bersama-sama kompak menjaga kebersihan kampungnya. “Malu. Kan, sekarang sudah banyak orang yang datang,” ujarnya.

2108-LANGGAM_6
2108-LANGGAM-7
2108-LANGGAM_1
2108-LANGGAM_2
2108-LANGGAM_3
2108-LANGGAM_4
2108-LANGGAM_5

Tidak hanya itu, keberadaan tong sampah pun sudah banyak jadi pengunjung tidak kesulitan saat ingin membuang sampah. Sampah-sampah ini akan dikumpulkan dan diangkut kebersihan setiap hari.

Untuk masuk ke dalam kampung ini, pengunjung hanya cukup membeli tiket seharga Rp 2.000. Tiket itu tidak sekadar kertas bertuliskan harga dan tanggal berkunjung, tetapi juga sebuah stiker tempel. Seorang ibu penjaga tiket mengatakan, kampung ini biasanya ramai dikunjungi saat libur sekolah atau akhir pekan.

Keberhasilan Kampung Jodipan ini membuat proyek ini berlanjut ke sisi utara yang sekarang ini dikenal sebagai Kampung Tridi, sebuah nama yang diambil karena banyaknya mural berkonsep tiga dimensi di tembok rumah. Saat ini, masih berlangsung proses pembangunan jembatan antara kedua kampung ini. Rencananya, jembatan ini berbahan kaca mirip dengan jembatan kaca di Kota Zhangjiajie, China. [VTO]

Foto-foto Iklan Kompas/Antonius Sulistyo P.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 Agustus 2017