“Nanti sore aku ke rumahmu Edo. Kita kerja kelompok tugas IPA. Nanti, Damar, Nunik, dan Ira juga akan datang,” kata Seto.
“Baik. Aku akan bilang ibuku kalau teman-temanku akan datang,” kata Edo.
Seto tersenyum sambil menepuk bahu Edo. Mereka bersahabat sejak kelas satu SD. Rumah mereka searah sehingga mereka sering pulang bersama.
“Lihat Edo! Ada kakek memakai tongkat yang kelihatannya bingung mau menyeberang. Ayo, kita bantu,” ajak Seto. Mereka berdua menghampiri kakek itu.
“Kakek mau menyeberang?” tanya Seto dan Edo serempak.
“Iya, nak. Kakek ingin menyeberang, tetapi takut karena mata Kakek sudah tidak begitu jelas untuk melihat,” jawab Kakek.
“Mari, Kek, kami bantu Kakek menyeberang jalan,” kata Edo.
Kakek mengangguk. Seto berjalan disebelah kanan kakek, sedangkan Edo di sebelah kiri. Seto dan Edo melihat kondisi jalan sampai sepi, lalu mereka berjalan sambil menuntun kakek. Mereka berdua juga memberi tanda kepada pengemudi kendaraan yang hendak lewat agar mengurangi kecepatannya ataupun berhenti sebentar.
“Kita sudah sampai di seberang jalan, Kek!” kata Seto.
“Terima kasih. Kalian sangat baik mau menolong kakek menyeberang jalan. Siapa nama kalian?” kata kakek.
“Saya Seto Kek. Dan ini Edo,” jawab Seto.
“Seto dan Edo, ya. Nama Kakek adalah Kakek Pono,” kata kakek.
“Rumah Kakek di mana? Biar kami antar, Kek!” kata Seto.
“Boleh Nak, di sana, dekat pohon rambutan,” jawab Kakek Pono.
Seto dan Edo berjalan di samping kakek Pono. Tak lama mereka pun sampai di depan rumah kakek. Ternyata, Kakek Pono tinggal di rumah-rumah papan di pinggiran bangunan-bangunan yang cukup besar. Seto dan Edo merasa kasihan karena kakek tinggal di rumah papan dan beralas kardus.
“Kami pamit dulu ya Kek,” kata Seto.
“Terima kasih ya, Nak. Berkat kalian, Kakek bisa pulang dengan selamat. Hati-hati di jalan, ya,” kata Kakek Pono.
“Baik, Kek. Sama-sama,” kata Seto dan Edo. Seto dan Edo melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
“Kasihan kakek tadi, ya, Do,” kata Seto.
“Iya. Kakek Pono sudah tua. Mata tidak begitu jelas melihat dan harus pakai tongkat. Tempat tinggalnya pun juga kurang layak,” kata Edo.
“Bagaimana kapan-kapan kita main ke rumah Kakek Pono dan membawa makanan atau barang yang sudah tidak kita pakai, tetapi masih bisa digunakan untuk Kakek Pono dan tetangganya. Mereka pasti membutuhkannya,” kata Seto.
“Setuju Seto, itu ide yang bagus,” kata Edo.
Seto tersenyum. Ia senang hari ini ia dan Edo bisa membantu Kakek Pono menyeberang jalan dan mengantar ke rumahnya. Ternyata, menolong orang itu bisa dilakukan dengan hal yang sederhana.*
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Fitri Kurnia Sari
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)