Dalam setiap kunjungan Paus ke berbagai negara, ada satu kesamaan yang kerap muncul, yaitu busana yang dikenakannya. Dua elemen busana Paus yang paling ikonik adalah jubah putih dan sebuah topi kecilnya.

Dua elemen inilah yang menunjukkan identitas Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik dan umat Katolik di seluruh dunia.

Tapi, tahukah kamu kalau elemen tersebut punya sejarah dan makna yang mendalam?

Jubah Putih (Cassock)

Elemen pertama yang menjadi ciri khas adalah jubah warna putih atau sering disebut sebagai cassock. Dalam bahasa latin, cassock bernama vestis talaris yang artinya jubah panjang menutupi tubuh dari leher hingga kaki.

Warna putih dari cassock punya makna kemurnian, kesederhanaan, dan integritas. Makna inilah yang juga dipegang oleh Paus sebagai pemimpin tertinggi agama Katolik di dunia.

Sebenarnya, cassock berawal dari tradisi busana clerical yang sudah ada sejak abad pertama. Para klerus mengenakannya sebagai pakaian sehari-hari.

Memasuki abad pertengahan, cassock mulai diadopsi secara luas dan menjadi busana resmi mereka. Warna cassock awalnya bergantung pada posisi dan fungsi dalam gereja. Tetapi, Paus selalu menggunakan warna putih sebagai tanda kemurnian dan kedekatan dengan Tuhan.

Secara fungsi, cassock memberikan kenyamanan dalam berbagai aktivitas Paus sehari-hari. Selain itu, busana ini memungkinkan Paus tidak ribet, bisa digunakan untuk acara resmi maupun informal.

Cassock pun secara tidak langsung memancarkan aura kerendahan hati Paus saat tampil di berbagai kunjungan pastoral dan acara publik.

Baca juga : Basilika Santo Petrus, Mahakarya Pengarung Zaman

Topi putih bernama zucchetto

Elemen kedua yang menjadi ciri khas Paus adalah sebuah topi kecil bernama zucchetto. Dalam bahasa Italia berarti labu kecil manis atau pileolus, karena berbentuk seperti labu dengan tangkainya.

Topi itu digunakan untuk melindungi kepala selama kegiatan sehari-hari dan upacara keagamaan. Topi ini awalnya digunakan untuk menutup bagian atas kepala yang dipangkas habis sebagai bagian dari tradisi selibat.

Tradisi memotong rambut kepala bagian atas berasal dari abad pertengahan. Saat itu para biarawan imam mencukur bagian atas kepala sebagai simbol penyerahan diri kepada Tuhan yang dikenal sebagai tonsur. 

Penutup kepala ini menjadi cara untuk melindungi kepalanya dari kondisi gereja yang dingin dan lembab. Namun, dibalik fungsi tersebut, zucchetto punya makna mendalam dalam tradisi Gereja Katolik, yakni kerendahan hati dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Penggunaan zucchetto ternyata memiliki hierarki dalam penggunaannya.

  1. Warna putih untuk Paus. 
    Sebenarnya, zucchetto mulai digunakan sejak 1500-an. Sebelumnya, Paus punya topi khas sendiri yang bernama camauro
  2. Warna merah untuk kardinal
    Penggunaan warna ini mulai diumumkan pada masa kepemimpinan Paus Pius II pada 1464.
  3. Warna ungu untuk uskup
    Warna ini secara resmi digunakan sejak 1867 untuk membedakan Uskup dengan klerus di bawahnya. Ini diputuskan pada masa Paus Pius IX.
  4. Warna hitam untuk imam.
    Untuk imam biasanya jarang dikenakan sekarang ini.

Itulah tadi busana Paus yang sangat khas dan ternyata memiliki makna mendalam. Dalam perkembangannya, keduanya pun mendapatkan modernisasi dalam bahan dan teknik pembuatan.

Kedua elemen itu juga menjadi pengingat umat Katolik akan nilai-nilai inti dalam kehidupan spiritual dan kepemimpinan yang melayani.