Sejak pertama kali dipertandingkan di SEA Games 1977 di Kuala Lumpur, Malaysia, bulu tangkis beregu putra menjadi “tambang emas” bagi kontingen Indonesia. Tim Indonesia hingga kini memegang rekor sebagai pemegang emas terbanyak bulu tangkis beregu putra dengan raihan 16 emas.

Hebatnya lagi, sejak 2007, Indonesia merupakan pemegang medali emas “berturut-turut” karena pada 2013 bulu tangkis beregu, baik putra maupun putri, tidak dipertandingkan.

Pemilihan pemain muda untuk berlaga di SEA Games sebagai ajang pembinaan dan regenerasi dianggap sebagai langkah jitu. Salah satunya yang melalui proses ini adalah Jonatan Christie. Pebulu tangkis yang akrab disapa Jojo ini mulai merasakan persaingan di SEA Games 2015 di Singapura saat berusia 17 tahun.

Prestasi Jojo pada ajang ini cukup membanggakan. Meskipun kalah dari Tanongsak Saensomboonsuk di partai final, Jojo ikut ambil bagian dalam tim beregu putra yang meraih emas. Sedangkan untuk nomor tunggal putra, langkah Jojo terhenti di perempat final. Jojo kalah dari pebulu tangkis Malaysia Chong Wei Feng 22-20, 19-21, dan 18-21.

Dua tahun berselang pada SEA Games 2017 di Malaysia, permainan Jojo semakin matang. Pada ajang ini, Jojo meraih 2 emas dari nomor beregu putra dan tunggal putra. Tampil sebagai tunggal pertama pada final beregu putra, Jojo berhasil mendapatkan poin perdana setelah mengalahkan tunggal putra pertama Malaysia, Iskandar Zulkarnain, 21-18 dan 21-17.

Pada nomor perseorangan tunggal putra, Jojo berhasil meraih emas setelah mengalahkan pebulu tangkis Thailand, Khosit Phetpradab, 21-19 dan 21-10. Pada gelaran SEA Games 2019 di Filipina, Jojo diharapkan dapat meneruskan tradisi emas pada nomor beregu putra.

ILLUSTRASI: IKLAN KOMPAS/ ARIEF KRESTIONO.