Wisata ke Palembang tidak lengkap tanpa menyinggung tentang ikon Kota Palembang, yaitu Jembatan Ampera. Jembatan ini membentang di atas sungai yang tak kalah terkenal, yaitu Sungai Musi. Keduanya telah lama menjadi ikon Kota Palembang. Keelokan Jembatan Ampera tidak bisa dilepaskan dari nilai historisnya. Jembatan Ampera dibangun pada 1962. Jembatan ini bisa dikatakan merupakan pampasan perang dari Jepang oleh perintah Presiden Soekarno. Jadi, secara tidak langsung, jembatan ini menjadi bukti kemenangan Indonesia atas Jepang.

Jembatan Musi

Semula, nama Jembatan ini adalah Jembatan Musi. Namun, sebutannya berubah menjadi Ampera pada era pemerintahan Presiden Soeharto. Penyebutan ini ada maksudnya. Kata “ampera” merupakan akronim dari amanat penderitaan rakyat, sebuah semboyan yang sering digaungkan pada masa Orde Baru.

Jembatan Ampera ini bisa dikatakan salah satu jembatan di Indonesia yang punya teknologi konstruksi yang kompleks. Jembatan ini tidak hanya seperti jembatan biasa yang hanya untuk menghubungkan jalan di atas sungai. Namun, Jembatan Ampera punya kemampuan untuk mengangkat dan menurunkan bagian tengahnya. Tujuannya, memberikan ruang untuk kapal yang berketinggian hingga 44,5 meter untuk melintas di bawahnya.

Hanya saja, kemampuan menaikturunkan bagian tengah jembatan ini tidak berlanjut hingga saat ini. Pada 1980, jembatan ini tidak lagi menurunkan ataupun menaikkan bagian tengahnya. Alasannya, jumlah kendaraan bermotor yang melintas di atas jembatan meningkat pesat dan masalah pengoperasian gerak naik-turun jembatan.

 

Dulu, waktu paling tepat untuk menyambangi jembatan ini adalah pada senja, malam, atau fajar. Saat hari beranjak senja, udara Kota Palembang yang menyengat berganti dengan hawa yang sejuk. Lampu-lampu di sekitar Jembatan Ampera pun mulai dinyalakan. Ketika malam tiba, nyala lampu di Jembatan Ampera menyuguhkan pemandangan yang cantik. Anda bisa menikmatinya di taman yang berdekatan dengan Jembatan Ampera. Lokasi inilah yang paling tepat jika Anda ingin mengabadikan Jembatan Ampera dalam foto.

Pemandangan saat fajar pun tidak kalah indah. Rekahan matahari di ufuk timur membuat rona jingga di angkasa. Langit yang semula kelabu gelap pun semakin terang. Abadikan pula pemandangan menawan ini.

Menyusuri Sungai Musi

Daya tarik di Palembang tidak hanya Jembatan Ampera, tetapi juga Sungai Musi itu sendiri. Sungai Musi mempunyai panjang sekitar 460 kilometer. Sungai ini terbagi sejumlah anak sungai, yaitu Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Semangus Rawas, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, dan Sungai Batang Hari Leko.

Pengalaman menyusuri Sungai Musi menuju Pulau Kemaro bisa Anda jajal. Pulau Kemaro merupakan salah satu destinasi favorit di Palembang. Untuk itu, Anda bisa mengunjungi tempat penyewaan perahu bermotor di dekat Jembatan Ampera yang melayani kunjungan ke Pulau Kemaro. Atau bisa juga menaiki kapal wisata di depan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

Untuk mencapai Pulau Kemaro dari sekitar Jembatan Ampera diperlukan waktu sekitar setengah jam. Waktu ini tidak terasa lama jika Anda habiskan dengan melihat pemandangan di kiri-kanan sungai. Selain aktivitas warga di pinggiran sungai dan kapal-kapal lain yang melintas, Anda akan menyadari bahwa di sekitar sungai ini terdapat sejumlah masjid yang cukup kondang. Di antaranya adalah Masjid Suro, Masjid Lawang, Masjid Kompleks Assegaf, dan Masjid Merogan. Sempatkanlah memotret pemandangan di sekitar Sungai Musi ini.

Magnet Sungai Musi semakin menguat saat perayaan hari besar. Misalnya pada acara 17 Agustus. Sungai ini memang kerap menjadi lokasi perlombaan perahu dan lomba-lomba lainnya. Tidak mengherankan bila hampir setiap sisi Sungai Musi padat oleh pengunjung. Sorak-sorai pengunjung dengan tepian sungai penuh hiasan warna-warni menambah semarak perayaan hari besar di Sungai Musi. [*/MIL]