Suatu pagi di Hutan Adat, Kasepuhan Karang, Kabupaten Lebak, Banten, begitu riuh oleh suara para owa abu-abu. Mereka adalah sejenis kera berbulu abu-abu. Suaranya sangat keras hingga sampai terdengar ke hutan seberang.

Saat itu, para kera berbulu abu-abu itu sedang bergembira karena salah satu induk mereka melahirkan. Untuk menyambut kelahiran anggota baru owa abu-abu, akhirnya Ope sebagai pemimpin mereka memutuskan untuk mengadakan perayaan.

Namun, saat Ope sedang memimpin perayaan itu, tiba-tiba ia mendengar suara seekor tando berteriak meminta tolong. Tando adalah jenis tupai berkantong yang keberadaannya seperti Owa Abu-abu, sudah hampir punah karena mereka sering menjadi obyek pemburuan oleh para pemburu liar.

Seperti apa yang dialami Ota Tando saat itu, ia berteriak meminta tolong karena sedang dikejar-kejar oleh pemburu liar. Akhirnya, ia pun terbang sambil teriak meminta tolong dari satu pohon ke pohon lainnya hingga terjatuh tepat di kerumunan para owa abu-abu yang sedang berkumpul.

“Ota!” pekik Ope ketika di hadapannya ada seekor tando.

“Ma-maaf jika aku mengganggu acara kalian,” jawab Ota ketakutan.

“Ota, ini aku, Ope! Apa kamu tidak ingat kepadaku saat anakku sedang kelaparan karena tersesat di hutan. Kamulah yang sudi berbagi makanan pada anakku,” kata Ope.

“Opeeee…!” akhirnya Ota menyadarinya, ia bertemu kembali dengan teman lamanya.

Ota lalu menceritakan apa yang dialaminya kepada Ope, bahwa ia dan keluarganya sedang diburu. Bahkan, anak dan istri Ota sudah tertangkap.

Ope pun memahami kesedihan Ota. Setelah mendengarkan cerita Ota, Ope berjanji akan menolong anak dan istri Ota yang tertangkap oleh pemburu liar.

Keesokannya, para owa abu-abu bersiap menolong Ota. Mereka pun menakut-nakuti para pemburu yang saat itu sedang berkumpul di hutan seberang. Tidak lama kemudian Ope sebagai pemimpin para owa abu-abu pun berhasil menakut-nakuti para pemburu itu dengan suara yang keras sekali.

Akhirnya, Ota bersama anak dan istrinya bersatu kembali. Usai itu, mereka pun bersiap meninggalkan hutan seberang. Mereka ingin mencari tempat baru untuk ditinggali. Ota pun berpamitan kepada Ope beserta para owa abu-abu lainnya.

“Kau tidak perlu bersedih lagi Ota karena ada aku. Bukankah kau sahabatku!” hibur Ope.

“Terima kasih Ope akan kujaga selalu persahabatan kita. Semoga keturunan kita tetap lestari di mana pun berada,” jawab Ota sebelum meninggalkan Ope.

Usai mendengarkan ucapan Ota terlihat mata Ope berkaca-kaca. Ia pun berharap keturunannya bisa lestari di bumi ini. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Kak Ian
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita