Untuk mengisi waktu senggang dan meningkatkan kreativitas di masa pandemi, Laras ingin mengunjungi usaha jamu rempah milik Ibu Asih yang berada tak jauh dari rumahnya. Dia ingin tahu lebih jauh bagaimana proses pembuatan jamu rempah khas daerahnya, Solo.

“Ini namanya apa, Bu?” tanya Laras memegang benda berwarna jingga.

“Itu temulawak, Ras,” kata Ibu Asih.

Sebelum pandemi, Ibu Asih membuat jamu untuk dijual di pasar tradisional. Kini, beliau tidak lagi berjualan di pasar, karena pesanan jamu yang datang ke Bu Asih semakin banyak pada masa pandemi. Di daerah Solo tempat Laras tinggal, memang cukup banyak yang menjadi pengusaha jamu rempah.

“Wah, baunya harum sekali, Bu,” kata Laras. Ibu Asih memang sedang merebus beberapa bahan jamu di dalam air mendidih.

“Ibu sedang membuat jamu temulawak. Jamu temulawak ini salah satu produk yang paling banyak digemari oleh pembeli,” timpal Ibu Asih.

“Kenapa bisa begitu digemari, Bu?” tanya Laras heran.

“Karena salah satu khasiat jamu temulawak adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Sedangkan di kala wabah seperti sekarang, orang-orang perlu sesuatu untuk meningkatkan imun. Salah satunya dengan meminum jamu temulawak ini.”

“Oh, jadi begitu, rupanya. Membuat jamu mudah atau sulit, Bu?” tanya Laras lagi.

“Membuat jamu, seperti jamu temulawak ini, mudah, Laras. Rebus temulawak, serai, daun bidara dan gula jawa dalam air mendidih. Setelah itu didiamkan sampai dingin dan dimasukkan ke botol.” Tangan Bu Asih lalu mengaduk-aduk rebusan jamu di dalam panci. “Kalau untuk jamu rempah yang lain hampir sama proses pembuatannya, hanya bahan-bahannya saja yang berbeda.”

“Selain jamu temulawak, apa ada varian lain yang Ibu buat?” tanya Laras lagi.

“Banyak, Laras. Ibu juga membuat jamu beras kencur, kunyit asam, cabe puyang, sinom, uyup-uyup dan masih banyak lagi. Semua jamu tersebut mempunyai khasiatnya sendiri untuk kesehatan tubuh.”

“Apa yang bisa Laras bantu, Bu?”

“Nanti kamu yang memasukkan jamu rempah yang sudah dingin ke dalam botol ya?” kata Ibu Asih.

Laras pun melaksanakan perintah Ibu Asih. Ratusan botol kosong berukuran 350 ml di atas meja diisinya dengan jamu yang sudah direbus dan didinginkan. Beberapa karyawan Ibu Asih tampak memberi label pada bagian badan botol.

“Jamu rempah ini selain berkhasiat untuk kesehatan tubuh, juga salah satu cara melestarikan budaya bangsa. Rempah-rempah adalah salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Jadi, dengan membuat jamu, kita ikut andil melestarikan dan menghargai produk dalam negeri,” papar Ibu Asih.

Laras manggut-manggut mengerti. Dalam hatinya, ia bertekad ingin membuat jamu-jamu sendiri nantinya, untuk mengisi kegiatannya di rumah dengan hal bermanfaat. *

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Henny Widyaning Fatmasari
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita