Pekan ini diprediksi lalu lintas menuju sejumlah kota masih akan mengalami kepadatan. Untuk itu, para pemudik harus tetap melakukan berbagai persiapan agar perjalanan kembali ke tempat kerja berjalan dengan aman dan nyaman. Terutama yang menggunakan kendaraan pribadi.
Adanya lonjakan jumlah kendaraan di ruas-ruas jalan utama, bisa memicu meningkatnya risiko kecelakaan lalu lintas. Khususnya di “jalur-jalur tengkorak”.
Menurut Guru Besar Bidang Transportasi Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Prof Sutanto Soehodho, “jalur tengkorak” sudah menjadi istilah umum yang dipahami dengan sangat baik oleh masyarakat. Istilah ini digunakan untuk menyebut ruas jalan dengan intensitas kecelakaan yang tinggi.
“Dalam teknik transportasi atau ilmu transportasi sebenarnya ‘jalur tengkorak’ itu kita sebut sebagai black spot atau titik hitam, makna secara teknisnya adalah daerah yang memang rawan kecelakaan,” kata Sutanto sebagaimana dilansir dari laman ui.kompas.id.
Sutanto juga menyebutkan beberapa hal yang memicu terjadinya kecelakaan dengan intensitas tinggi di suatu ruas jalan, di antaranya struktur landasan, tikungan, tanjakan, dan turunan. Ia mengimbau agar para pengemudi selalu awas dengan kondisi sekitarnya saat berkendara.
Black spot, lanjut Sutanto, bisa berupa sepenggal jalan atau seruas jalan yang panjang dengan intensitas kecelakaan yang lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Mengacu pada penjelasan ini, maka “jalur tengkorak” bisa tersebar di manapun, mulai dari jalan dalam kota, jalan luar kota, hingga ruas jalan di pedesaan yang relatif lebih sederhana. Sebab, indikasinya adalah intensitas kecelakaan bukan lokasi jalan tersebut.
Akibatnya, kata Sutanto, cukup sulit untuk menentukan di mana saja black spot ini. Bahkan bisa saja jalur berisiko ini belum dikenal secara umum.
Sementara itu, unsur yang kerap memicu kecelakaan di area black spot, yaitu manusia, kendaraan, dan lingkungan alam. Sutanto menjelaskan, pengemudi yang berkendara dalam kondisi tidak prima tentu berisiko untuk menempuh perjalanan jauh, sedangkan kendaraan yang tidak terawat akan meningkatkan risiko kecelakaan. Adapun lingkungan alam yang acap tidak dikenali pengemudi juga menambah bahaya dalam perjalanan.
“World Health Organization (WHO) sudah mencatat bahwa unsur yang paling utama berpotensi menyebabkan kecelakaan adalah manusia, lebih dari 90 persen kecelakaan disebabkan unsur ini,” kata Sutanto.
Oleh sebab itu, desain jalan di wilayah rawan kecelakaan perlu mendapatkan perhatian khusus dari instansi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Dinas Perhubungan (Dishub) setempat.
Waktu rawan mengemudi
Sebelum menempuh perjalanan balik ke tempat kerja, pengemudi dibantu oleh orang-orang dekatnya seperti anggota keluarga perlu memeriksa kesiapan kendaraan. Mulai dari kondisi ban, sistem pengereman, sistem penerangan, hingga volume bahan bakar.
Bila memungkinkan, pengemudi bisa memiliki co-driver untuk bergantian menyetir kendaraan. Manfaatkan pula rest area atau posko-posko mudik untuk beristirahat. Jangan lupa bawa bekal yang cukup, semisal air mineral, buah-buahan segar, dan camilan yang sehat.
Yang tak kalah penting, perhatikan waktu rawan mengemudi. Menurut survei Automobile Association of South Africa, ada waktu-waktu tertentu (waktu rawan) saat tingkat kewaspadaan pengemudi menurun. Ini bisa memicu terjadinya kecelakaan.
Waktu pertama adalah pagi dan sore hari. Saat pagi hari, biasanya orang berusaha mengemudi lebih cepat agar segera sampai tujuan. Situasi ini diperberat jika pengemudi tidak cukup tidur pada malam sebelumnya. Pengemudi cenderung mengantuk dan tak konsentrasi. Pada sore hari terjadi pula kecenderungan menurunnya konsentrasi. Hal itu dipicu kelelahan setelah beraktivitas seharian.
Waktu kedua adalah dini hari atau sekitar pukul 2-4. Secara psikologis, dini hari adalah titik kritis manusia merasa mengantuk dan lelah.
Waktu rawan ketiga, yakni saat liburan yang kebanyakan disebabkan kegembiraan yang berlebih pada penumpang kendaraan. Akibatnya pengemudi menjadi tak memperhatikan jalan. Penumpang boleh saja berkomunikasi dengan pengemudi selama itu tak mengurangi konsentrasi untuk mengendalikan kendaraan.
Baca juga: Baru Pulang Mudik? Ini 5 Langkah agar Kabin Mobil Kembali Segar