Perkembangan teknologi pada industri otomotif tak pernah surut, sederet fitur baru hadir untuk memanjakan pengemudi dan penumpang, baik di sisi keselamatan maupun kenyamanan. Cruise control, misalnya, yang hadir untuk meningkatkan kenyamanan berkendara karena mampu menjaga kecepatan kendaraan secara otomatis.

Fitur yang mampu mengendalikan throttle ini awalnya banyak digunakan di Amerika Serikat, lantaran negara ini memiliki sejumlah ruas jalan yang lurus dan relatif lengang. Perjalanan jarak jauh dengan lalu lintas lancar dapat semakin nyaman karena tumit tidak harus menginjak pedal gas terus-menerus. Dengan mengaktifkan fitur cruise control ini, kendaraan akan melaju konstan sesuai kecepatan yang diinginkan.

Teknologi yang tersemat di mobil kelas menengah atas ini juga dikenal dengan istilah lain, misalnya autocruise, speed control, distronic plus (Mercedes-Benz), active cruise control (BMW), radar cruise control (Lexus), dan autocruise control (Isuzu). Meski memiliki nama beragam, semua bekerja dengan tujuan sama, menjaga kecepatan kendaraan secara otomatis.

Seiring kondisi lalu lintas yang terus meningkat, cruise control semakin jarang digunakan. Namun bukan berarti teknologi canggih ini menjadi usang dan tidak dikembangkan. Fitur ini mengalami perkembangan sehingga lahirlah adaptive cruise control (ACC) atau yang dikenal dengan autonomous cruise control.

Mengiringi  tugas utama menjaga kecepatan kendaraan, fitur baru ini “menghitung” jarak kendaraan yang berada di depan. Singkatnya, dengan menggunakan teknologi radar, kendaraan dimungkinkan untuk menyesuaikan kecepatan dan menjaga jarak aman kendaraan di depannya.

Apabila kendaraan di depan melambat, atau jika terdeteksi benda lain di depan, sistem komputer yang ada di dalamnya akan mengirimkan sinyal ke mesin atau sistem pengereman untuk memperlambat laju kendaraan. Kemudian, saat jalan kembali lancar, sistem akan kembali mempercepat kendaraan sesuai yang telah ditentukan sejak awal.

 

Berguna di jalan lancar

Antonius, pengguna SUV medium salah satu merek besutan Jepang menuturkan, cruise control yang terdapat pada mobil tersebut amat membantu saat melakukan perjalanan jarak jauh dengan kondisi jalan lancar. “Kaki bisa istirahat sejenak. Tinggal setting kecepatan yang kita inginkan, mobil akan tetap melaju dengan  konstan meski pedal gas tidak diinjak. Kondisi seperti ini amat berguna ketika kita berada di jalan bebas hambatan dengan lalu lintas yang sepi, contohnya ruas tol antarkota di saat-saat tertentu.”

Untuk menonaktifkan fitur cruise control, lanjut Antonius, sangat mudah, tinggal menginjak pedal rem maka kendali akan kembali berada di tangan pengemudi. Namun, pria yang menggunakan SUV ini untuk menjelajah Jawa menganjurkan agar pengemudi tetap waspada mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan, seperti adanya kendaraan di depan yang tiba-tiba mengurangi kecepatan secara mendadak.

Teknologi canggih yang semakin memanjakan pengemudi ini tidak sepenuhnya langsung sukses ketika dijual di pasaran. Ini bisa dilihat dari adanya produsen kendaraan roda empat yang me-recall produknya lantaran kerusakan pada cruise control.

Terkait penggunaan cruise control, fitur ini tidak dianjurkan untuk diaktifkan pada jalan penuh tikungan, turunan, dan tanjakan. Berkendara di kota sarat kemacetan juga tidak dianjurkan untuk menikmati fitur tersebut. Begitu pula ketika berkendara di negara yang sedang mengalami musim salju, karena dapat berisiko terjadinya selip atau kehilangan traksi. [BYU]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 1 Juli 2017

Foto dokumen Shutterstock.