Istilah unicorn mengemuka saat debat capres beberapa waktu lalu. Apa itu unicorn dan Industri mana saja yang berpeluang?

Mengutip dari Kompas.com, istilah unicorn disematkan kepada perusahaan rintisan (startup) yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS atau setara dengan sekitar RP 14,1 triliun.

Istilah ini pertama kali muncul sekitar 2013 yang ditulis oleh Aileen Lee, seorang pemodal ventura dari Cowboy Ventures. Lee menggunakan istilah itu dalam sebuah artikel yang diterbitkan Tech Crunch dengan judul “Welcome to the Unicorn Club: Learning From Billion-Dollar Startups”. Sejak saat itu, istilah tersebut menjadi kosakata baru di bidang investor publik dan swasta, pengusaha, dan siapa pun mereka yang bekerja di industri teknologi.

Lee menganggap istilah itu mampu menggambarkan obsesi magis para startup yang berburu valuasi hingga miliaran dollar AS. Ditambah kala itu, masih sedikit perusahaan rintisan yang memiliki valuasi 1 miliar dollar AS.

Calon unicorn berikutnya

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan optimistis jumlah unicorn di Indonesia akan bertambah dalam waktu dekat. Hal ini, kata dia, sejalan dengan terus berkembangnya iklim dan ekosistem startup dari tahun ke tahun. “Setidaknya ada tiga calon yang berpeluang dari sektor pendidikan, kesehatan, dan teknologi finansial,” ujar Semuel.

Meski enggan menyebut identitasnya, Semuel mengatakan dalam jangka menengah bukan tidak mungkin bakal ada enam unicorn baru. Saat ini, kata dia, pemerintah dan pelaku startup memfokuskan pengembangan beberapa sektor unggulan, yakni kesehatan, pendidikan, pertanian, dan peternakan.

Sementara itu, Tiket.com sudah memberi sinyal bahwa perusahaan penyedia jasa tiket dan liburan tersebut akan menjadi perusahaan unicorn ke-5 di Indonesia. CO Founder & Chief Marketing Officer Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan, pada tahun ini valuasi Tiket.com sudah bisa mencapai batas minimal menjadi perusahaan unicorn. “Didoakan saja. Harusnya sih iya. Kalau sesuai dengan target kita, ya sudah pasti. Tapi, anything can happen,” kata Gaery.

Istilah Decacorn

Akan ada juga istilah decacorn. Istilah ini digunakan untuk menyebut perusahaan rintisan yang memiliki valuasi di atas 10 miliar dollar AS. Setelah decacorn, nantinya akan ada juga istilah hectocorn untuk menyebut startup dengan valuasi di atas 150 miliar dollar AS.

Dalam skala regional, menurut data Google-Temasek tahun 2018, Asia Tenggara kini memiliki 9 startup unicorn, 4 di antaranya berasal dari Indonesia. Mereka adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Sejauh ini, Asia Tenggara baru memiliki satu startup decacorn, yakni Grab. Isu terakhir yang berkembang, pesaing Grab yakni Go-Jek disebut akan segera menyusul menjadi startup decacorn. Laporan Tech Crunch menyebut valuasi Go-Jek setelah putaran pendanaan terakhir ditaksir mencapai 9,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 134 triliun.

Foto: Shutterstock.com