Seperti ucapan Albert Einstein, imajinasi merupakan fondasi dasar yang mampu melampaui pengetahuan apa pun. Dengan kata lain, berimajinasi yang merupakan keterampilan alami anak perlu dikembangkan karena hal itu kelak akan menjadi kekayaan intelektual yang sangat berharga.
Selain faktor nutrisi dan genetik, stimulasi merupakan salah satu komponen penting untuk mendukung tumbuh kembang anak. Penelitian menunjukkan bahwa struktur dan fungsi otak secara permanen dipengaruhi stimulasi sejak awal, bahkan ketika anak masih dalam kandungan.
Bermacam stimulasi dapat dikembangkan, salah satunya dengan mengajak anak berimajinasi, menumbuhkan kreativitas sejak dini. Berkat imajinasi, terciptalah keindahan dan memunculkan solusi inovatif untuk memecahkan masalah tersebut.
Hal menarik berkaitan dengan kreativitas anak terdapat dalam buku Growing Up Creative karangan Teresa Amabile. Teresa mendefinisikan aktivitas kreatif sebagai sesuatu yang secara substansial berbeda dengan yang dilakukan anak sebelumnya dan yang didengar atau dilihat anak sebelumnya.
Untuk itu, sebagai orangtua, Anda dapat membantu mengarahkan keterampilan alami anak. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, dimulai dengan menunjukkan kepada si kecil bahwa Anda yakin dengan kemampuan mereka.
Misalnya, bila anak mewarnai gambar pohon dengan warna kuning, janganlah langsung berkomentar negatif. Justru sebaliknya, cobalah Anda bertanya dan memberi komentar positif karena hal tersebut mampu merangsang anak untuk terus berpikir kreatif.
Lalu, berikan kebebasan kepada si kecil untuk menemukan jalannya sendiri. Kreatif dapat diimplementasikan dalam berbagai bentuk. Mungkin saja putri bungsu Anda lebih menyenangi melukis bunga ketimbang kakak sulungnya. Sementara itu, si sulung merasa dia lebih bisa berimajinasi ketika merakit mainan menyusun balok menjadi bentuk pesawat, mobil, atau robot-robotan kesukaannya.
Berdiskusi kreatif
Hargai setiap proses kreasi yang dilakukannya lebih daripada hasil. Dari sini, sebagai orangtua, Anda dapat bersikap terbuka dan fleksibel untuk berdiskusi dengan semua gagasan kreatif kemudian mau menjelaskan segala sesuatunya lebih detail kepada buah hati.
Oleh karena itu, Anda perlu meluangkan waktu untuk bisa berdiskusi dan mendorong anak mengembangkan imajinasinya. Jangan perbandingkan kemampuan setiap anak, terlebih dengan saudara kandungnya, karena hal itu hanya menurunkan semangat dan rasa kepercayaan diri anak untuk membuat kreasi tertentu.
Tak lupa, jika Anda ingin mengasah kreativitas buah hati, sediakan fasilitas memadai. Tak perlu mahal, tetapi cukup dari benda-benda sederhana, seperti kertas gambar, pensil warna, krayon, gunting, lem, dan kertas lipat. Akan lebih baik jika Anda mau menyediakan sebuah ruang khusus agar anak bebas mewujudkan ide-idenya tanpa takut dimarahi bila dia mengotori dirinya sendiri.
Memperluas wawasan juga dapat dilakukan. Caranya, cukup mudah. Sempatkan waktu seminggu sekali, misalnya, untuk mengajak anak ke tempat yang ingin dikunjunginya di sekitar kota tempat Anda bermukim. Misalnya museum, taman rekreasi, pantai, dan kebun binatang.
Setelah bepergian, Anda dapat memberi “tugas” sederhana, seperti berkata, “Tadi apa yang paling adek sukai di kebun binatang? Coba gambarkan dan kasih lihat ke mama, ya.”Hal-hal baru akan merangsang imajinasi sehingga anak pun akan semakin bertambah imajinatif.
Kemajuan teknologi pun dapat mendukung pencarian ide aktivitas yang merangsang daya kreativitas anak. Saat akhir pekan tiba, Anda dapat mencari informasi dari situs web ataupun video dari Youtube seputar ide-ide permainan dan belajar kreatif untuk anak.
Pemikiran kreatif
Selain melibatkan buah hati dalam banyak kegiatan kreatif yang seru, ayah dan ibu bisa melakukan pendekatan untuk mengasah pemikiran kreatif. Untuk itu, situs web Natural Family Today menerangkan ada lima poin dasar yang dapat dipakai, yaitu imajinasi, observasi, tukar pikiran (brainstorming), asosiasi bebas, dan analisis atribut.
Pertama, dengan pemikiran imajinatif memungkinkan kita untuk memproses masalah dalam pikiran. Salah satu cara untuk mengembangkan imajinasi anak, terutama anak usia prasekolah, dengan bermain benda, konsep, dan visualisasi.
Kedua, observasi dapat dijabarkan sebagai persepsi dengan tujuan. Ketika anak dihadapkan pada masalah, seperti ketika belajar matematika, orangtua dapat membantunya untuk menciptakan solusi dengan membuat suasana belajar matematika sambil bermain di alam terbuka.
Ketiga, lewat tukar pikiran, anak akan belajar untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide. Daftar gagasan itu pun bisa menciptakan kata kunci yang dibutuhkan ketika sedang membuat sebuah konsep kreatif atau karya seni.
Langkah keempat yang dapat ditempuh adalah dengan membuat asosiasi bebas. Serupa dengan proses tukar pikiran, hanya perbedaan asosiasi bebas lebih berfokus pada kata atau simbol. Misalnya ketika menanyakan apel, apa kata pertama yang muncul dalam pikiran anak? Hal ini bertujuan untuk menjelajahi imajinasi tentang hal-hal yang berhubungan dalam pemikiran.
Terakhir, analisis atribut digunakan untuk mencari dan memperbaiki hal-hal yang nyata dan detail. Semisal menyebut kamera, ajak putra-putri Anda untuk berpikir elemen apa aja yang terdapat dalam kamera. Selamat mencoba! [IKLAN/AJG]
Foto dokumen Shutterstock.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 6 Oktober 2014