Esok pagi, Tuti tukik akan pergi merantau dari Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Ia akan mengarungi Samudra Hindia. Sebelum pergi, Tuti tukik memiliki satu keinginan.
“Katakan saja, Tuti. Kamu mau apa?” desak Ating kepiting mungil.
“Iya, kami pasti membantumu,” ujar Muti semut dan saudara-saudaranya.
“Zzzz….grrrr!” terdengar dengkuran Nil trinil si burung kaki merah.
“Terima kasih, teman-teman. Tapi keinginanku susah diwujudkan.”
Tuti tukik pernah melihat beruk memanjat pohon kelapa. Pohonnya tinggi dan berbuah lebat. Tuti ingin sekali bisa memanjat pohon itu.
“Aku ingin bisa memanjat sebatang pohon buah-buahan,” kata Tuti.
“Kalau kita kerjasama, pasti bisa terwujud, kok,” ucap Ating kepiting.
“Yo… ayo yo! Kami juga pasti bisa!” sambut Muti semut bersaudara.
“Zzzz….grrrrrr! Kwakk….kwakk!” tiba-tiba Nil trinil burung kaki merah tersentak, “Aku akan membantumu!” pekiknya lantas tertidur lagi di ranting pohon.
“Kalau begitu ayo kita berangkat ke kebun buah!” seru Muti bersaudara.
“Tunggu! Buahnya tidak di kebun, tapi di atas,” ujar Tuti menunjuk ke arah atas.
“Memetik buah kelapa?!” seru mereka serentak. Mereka menengadah. Tandan kelapa muda menggantung sangat tinggi.
“Ayo, Tuti. Kami akan membantumu memanjat pohon kelapa itu!” seru Ating mengomandoi teman-temannya.
Muti semut bersaudara membantu menahan tangan dan kaki Tuti tetap menapak di batang pohon. Ating kepiting menyundul Tuti dari bawah. Lalu mereka mendorong. Namun baru selangkah, tubuh Tuti terbalik dan jatuh.
“Nil trinilllll! Bantulah agar tempurung Tuti tidak terbalik lagi!” seru Ating membangunkan Nil si burung kaki merah.
“Kwakkk..kwakkkk….siap!” pekik Nil trinil terkesiap dan langsung terbang menjaga punggung Tuti.
“Satu….dua….tiga!” sorak mereka mengangkat tubuh Tuti kembali.
“Terus merangkak naik, Tuti! Aku menahanmu dari bawah!” teriak Ating.
Namun tiba-tiba tubuh Tuti merosot turun ke tanah. Usaha mereka gagal lagi!
“Kwakkk…kwakkk…harusnya kelapa ini tumbuh condong seperti di sana,” keluh Nil trinil menunjuk ke pantai sebelah.
“Kelapa condong? Kenapa tidak bilang dari tadi?” pekik mereka serentak.
Mereka lalu menuju pohon kelapa condong itu. Pohonnya tumbuh sejajar dengan tanah ke arah laut. Tuti merangkak di atasnya dibantu teman-temannya. Ia akhirnya berhasil memetik kelapa muda. “Terima kasih, teman-teman,” ucap Tuti gembira.
Esok harinya Tuti tukik pamit merantau.
“Hati-hati di jalan, Tuti!” seru teman-temannya dari tepi laut.
“Nanti, aku pasti kembali ke sini!” sahut Tuti tersenyum. Ia senang punya sahabat-sahabat yang selalu saling tolong menolong. Juga selalu kompak bersatu, meskipun mereka berbeda-beda. *
Penulis: Eci FE
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita