Sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga kami untuk pergi keluar “kandang” setiap libur perayaan Lebaran. Jika biasanya teman-teman pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga besar, berbeda persoalan dengan keluarga kami. Kami bukan berkumpul bersama keluarga besar ataupun bukan kembali ke kampung halaman. Yang kami lakukan tiap adanya liburan adalah pergi ke Puncak. Mungkin terdengar memang biasa saja dan tidak menyenangkan. Orang akan berpikir Puncak adalah tempat wisata yang sudah tidak ramai dan tidak lagi seru. Namun, teman-teman sekalian akan merasakan begitu nyaman berada di Puncak apabila menikmatinya dengan canda tawa serta perasaan syukur.

Kami mengadakan perjalanan ke Puncak sebelum Lebaran mengantisipasi kemacetan yang heboh. Kurang lebih 5 hari kami menetap di vila dan aktivitas yang kami lakukan juga mudah ditebak. Hal yang paling sering dilakukan adalah tidur. Selanjutnya, masak dan makan. Hal terakhir adalah bersantai di taman. Makan tidur santai adalah tradisi yang kami lakukan terus-menerus selama berada di vila. Banyak orang berpikir hal ini membosankan dan menjenuhkan. Bagi keluarga kami, hal ini sangat mengasyikkan. Tidur di siang hari ditemani angin yang sepoi-sepoi dapat membantu menyegarkan kembali stamina dan pikiran kami. Masak dan makan bersama dapat mempererat kebersamaan keluarga kami dan meningkatkan rasa melayani yang dimiliki setiap anggota keluarga kami. Dengan bersenda gurau, menikmati hangatnya matahari, indahnya gunung hijau, sejuknya angin pegunungan memaksa kami untuk tersenyum lepas menikmati kenyamanan hal-hal tersebut. Mungkin dapat dikatakan Puncak menjadi kampung halaman nomor dua bagi kami.

Kali ini, kami mengajak nenek serta 2 hewan peliharaan untuk ikut pergi berlibur. Semakin ramai liburan akan semakin mengasyikkan. Nenek kami adalah sang koki andal dalam keluarga kami. Belum pernah dilakukan sebelumnya, saya tidak pernah terlibat dalam hal masak-masakan. Liburan kali ini, saya ikut membantu nenek dalam mempersiapkan makanan, bisa disebut sebagai asisten koki. Ternyata dengan memasak, kita bisa mendapatkan banyak pelajaran. Seperti, belajar bersabar dan melatih kepekaan. Sangat bangga memiliki nenek yang ahli dalam memasak. Liburan ini semakin indah karena dilengkapi dengan masakan khas nenek. Aktivitas nenek kami menjelang sore hari adalah menonton film India dan acara televisi yang disukai adalah tv show. Sehingga, kami sekeluarga bersama-sama menonton apa yang nenek kami sukai yang sebenarnya kami tidak sukai.

Perjalanan kami juga semakin lengkap karena sebanyak dua kali kami pergi ke luar untuk makan sate dan sup kambing. Kata orang-orang tidak boleh makan kambing terlalu sering. Namun, biasanya kami tidak cukup apabila makan kambing hanya sepiring. Banyak kuliner di sana yang membuat perut berdering. Saatnya liburan adalah saatnya melupakan sejenak niatan untuk menjadi langsing. Yang pasti, kebersamaan dan percakapan yang dilakukan selama makan bersama ini menjadi hal terpenting.

“Liburan itu bukan untuk bermalas-malasan, melainkan untuk bersenang-senang menikmati petualangan baru yang seru.”

Pergi ke Puncak berkali-kali bukan suatu hal yang baru, tetapi setiap dari perjalanan itu memiliki cerita petualangan yang baru. Petualangan baru yang seru itu yang menjadikan saya ingin membagikan cerita ini kepada teman-teman sekalian. Tempat ini menjadi cocok bagi teman-teman yang ingin mencari tempat yang nyaman untuk istirahat setelah lelahnya melakukan aktivitas di kota yang padat. Kami, segenap keluarga mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, sampai bertemu di liburan selanjutnya! [Tiffany]