Pekerjaan zaman sekarang menuntut para karyawan memiliki alamat e-mail khusus perusahaan. E-mail ini berfungsi untuk mengirim berkas, baik antarkaryawan maupun klien. Hati-hati, sering kali e-mail perusahaan mendapat kiriman spam tak jelas yang berisi lampiran mencurigakan.
Berdasarkan data Kaspersky Lab, jumlah spam dalam lalu lintas e-mail pada Februari 2014 naik 4,2 persen dibandingkan Januari dengan nilai rata-rata 69,9 persen. Sementara itu, Tiongkok menjadi negara teratas yang menjadi sumber spam dengan persentase 23 persen. Jumlah ini diikuti Amerika Serikat (19,1 persen) dan Korea Selatan (12,8 persen).
“Para penipu aktif menyebar e-mail phishing yang mencatut nama-nama perusahaan keuangan besar dan layanan pembayaran elektronik dari berbagai negara untuk mencuri informasi keuangan pengguna. Serangan yang berhasil dilakukan akan membuat pelaku mendapat akses penuh atas rekening korban di situs bank korban,” jelas Senior Spam Analyst Kaspersky Lab Tatyana Shcherbakova.
Ada beberapa contoh program spam berbahaya yang sebaiknya Anda perhatikan. Program pertama adalah spyware Trojan yang mencuri seluruh berkas dokumen (*.docx,*.xlxs,*.pdf) dari komputer dan mengirim berkas tersebut ke mailbox khusus.
Program kedua adalah IRC-bot/worm yang dikenal dengan nama ShitStorm. Program ini melakukan serangan DDoS kemudian menyebarkan diri melalui layanan MSN serta P2P. Jika penerima menanggapi e-mail semacam ini, komputer mereka akan dengan mudah menjadi bagian dari botnet.
Selain Trojan, spam berbahaya mencakup ransomware, yaitu sejenis malware yang memblokir komputer pengguna dan meminta tebusan untuk membuka pemblokiran. Program lainnya adalah backdoor Andromeda yang memungkinkan penjahat siber diam-diam mengontrol komputer yang terinfeksi.
Ada pula program berbahaya yang meniru notifikasi palsu dari situs jejaring sosial ternama. Misalnya, pesan-pesan yang seolah dikirim oleh Facebook. Sementara itu, waspadai para pelaku penipuan “Nigeria” yang mengambil kesempatan dengan memanfaatkan situasi di Ukraina untuk mendapatkan uang pengguna. Para pelaku biasanya mengutip cerita mengenai wisatawan malang di Kiev yang seluruh uangnya dicuri, kemudian meminta calon korban untuk membantu masalah keuangan turis malang itu. [*/INO]
foto: shutterstock