Reformasi kehidupan bernegara bagi bangsa Indonesia salah satunya dipicu oleh aksi massa yang terjadi 25 tahun silam. Pada bulan Mei 1998, pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto berakhir selepas melewati berbagai peristiwa.
Momentum ini sempat diabadikan Harian Kompas sebagai salah satu peristiwa yang dianggap mewakili tahun 1998. Melalui rilisan Narasi Fakta Terkurasi tahun lalu, berupa arsip koran yang di-minting sebagai NFT, Harian Kompas memilih arsip koran edisi 20 Mei 1998 yang memuat berita pendudukan Gedung MPR/DPR oleh mahasiswa.
Kini, bertepatan dengan peringatan 25 tahun reformasi, Kompas kembali merilis sejumlah arsip koran yang menjadi spin off salah satu rilisan Narasi Fakta Terkurasi. Sembilan arsip koran, dari tanggal 13 hingga 21 Mei 1998 dirilis dalam koleksi yang diberi titel “Sembilan Hari yang Menentukan“.
Koleksi ini memuat sembilan edisi koran pada sembilan hari terakhir sebelum Presiden Soeharto meletakkan jabatannya sebagai Kepala Negara. Diawali dengan insiden penembakan mahasiswa Universitas Trisakti, yang diikuti dengan berbagai aksi massa termasuk kerusuhan dan penjarahan, dan diakhiri dengan pengunduran diri Presiden.
Sembilan arsip tersebut dipamerkan secara luring di Bentara Budaya Jakarta pada tanggal 20 – 29 Mei 2023, menyertai pameran “Indonesia Kini, 25 Tahun Peristiwa Mei 98” yang menampilkan karya seni interpretasi atas peristiwa reformasi. Dalam pameran yang dibuka untuk umum tersebut, Harian Kompas menampilkan halaman muka edisi koran 9 hari terakhir beserta sejumlah foto pendukung.
Koleksi “Sembilan Hari yang Menentukan” ini juga dilepas sebagai benda koleksi digital rantai blok (NFT) yang bisa dimiliki oleh publik. Rilisan koleksi ini di rantai blok diluncurkan pada Jumat (19/5) lalu, bersamaan dengan pembukaan pameran di Bentara Budaya Jakarta.
Bagi yang ingin memiliki koleksi digital rantai blok arsip koran Mei 1998, publik bisa mengunjungi lokapasar OpenSea untuk mendapatkan edisi yang dipilih. Tiap arsip dilepas dengan harga 0.0598 ETH, angka yang melambangkan bulan dan tahun kejadian peristiwa reformasi.
Dengan rilisan ini, Harian Kompas melanjutkan misi untuk membawa peristiwa-peristiwa penting dari masa lalu untuk kembali hadir. Tujuannya adalah agar peristiwa ini bisa menjadi perbincangan di era kiwari, serta kemudian bisa masuk ke dalam memori kolektif bangsa.
Salah satunya adalah dengan merilis kepemilikan koleksi digital untuk peristiwa tersebut ke publik atau kolektor.