Jika iya, kamu mungkin pernah menyaksikan fenomena optik yang disebut sebagai halo. Fenomena ini sering kali terlihat di berbagai belahan bumi dan menjadi pemandangan yang menarik untuk diperhatikan.
Halo matahari merupakan fenomena optik di mana terbentuknya lingkaran cahaya putih di sekitar matahari. Fenomena ini juga dikenal sebagai fenomena cincin matahari karena matahari terlihat dikelilingi oleh cahaya berbentuk cincin.
Dalam bahasa Latin, fenomena langit ini disebut nimbus atau gloriole. Meski bisa terlihat di berbagai negara, kemunculan halo boleh dibilang jarang dan tak bisa diprediksi. Bentuk lingkarannya yang hampir sempurna menjadi salah satu keunikan halo.
Penyebab terjadinya halo matahari
Fenomena halo bisa dikatakan jarang terjadi di daerah-daerah tropis. Fenomena halo lebih sering terjadi di daerah-daerah yang berada di lintang tinggi, seperti di Eropa dan Amerika Utara. Hal ini disebabkan oleh kondisi atmosfer yang lebih cocok untuk terbentuknya partikel-partikel yang diperlukan untuk pembentukan halo.
Halo disebabkan kristal-kristal air yang terbawa awan cirrus lalu dibiaskan oleh sinar matahari dengan sudut tertentu sehingga membentuk nuansa pelangi. Cirrus adalah salah satu jenis awan yang memiliki ketinggian mencapai 5–10 kilometer dari permukaan bumi atau berada di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer.
Di troposfer, volume kristal air amat banyak. Posisi sudut yang tepat antara awan cirrus dan matahari, cuaca cerah, dan banyaknya volume kristal air memicu pembiasan cahaya yang membentuk lingkaran dan dinamakan halo. Selain berbentuk lingkaran penuh dengan “bingkai” pelangi, halo bisa dijumpai dalam bentuk lingkaran separuh yang berpusat pada cahaya matahari.
Baca juga :
Dilansir dari laman Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sudibyakto, M.S., pengamat iklim UGM, menjelaskan bahwa proses terbentuknya halo matahari sebenarnya mirip dengan pelangi yang terbentuk setelah hujan pada pagi atau sore hari. Lengkungan pelangi sering terlihat di bagian bawah cakrawala karena partikel uap air yang membelokkan cahaya matahari berkumpul di bagian bawah atmosfer.
Pada pagi atau sore hari, matahari berada di sudut yang rendah. Pada posisi yang miring ini, kemampuan partikel air membiaskan cahaya lebih besar sehingga warna-warna yang muncul juga lebih lengkap.
Namun, pada siang hari, saat matahari pada posisi tegak lurus terhadap bumi, kemampuan pembelokan cahaya menjadi rendah sehingga warna yang terlihat sangat terbatas. Selain itu, warnanya juga terlihat gelap karena pandangan ke arah matahari terhalang oleh debu. Di pagi hari, saat udara masih bersih, yang tampak adalah warna kemerahan pada halo matahari.
Apa dampak dari halo matahari?
Halo matahari tidak memiliki pengaruh langsung terhadap manusia atau cuaca. Fenomena ini lebih merupakan keajaiban alam yang mengagumkan daripada sesuatu yang berdampak negatif. Bahkan, melihat halo matahari dapat memberikan kegembiraan dan kekaguman akan keindahan alam bagi beberapa orang.
Tidak ada bukti juga yang menunjukkan bahwa halo matahari dapat menyebabkan perubahan cuaca. Perubahan cuaca biasanya disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan suhu, tekanan udara, kelembaban, dan arah angin. Secara umum, aktivitas matahari hanya berperan kecil dalam perubahan iklim yang signifikan
Fenomena halo bisa dikatakan jarang terjadi di daerah-daerah tropis. Di Eropa dan Amerika Utara, fenomena halo sering terjadi. Fenomena halo tak hanya terjadi pada matahari pada waktu siang, bulan yang tampak pada malam hari pun bisa mengalami fenomena halo.
Jadi, cobalah sesekali kita memandang langit. Jika beruntung, kita bisa menyaksikan keelokan halo di atas sana.