Pagi ini di hutan pedalaman Pulau Jawa, sekawanan burung pleci berkumpul di atas Pohon Ulin. Mereka hendak bermusyawarah.

Minggu depan Pak Macan, Sang Raja Hutan berulang tahun. Burung-burung pleci ini bingung menentukan hadiah yang akan mereka berikan untuk pemimpin di hutan itu.

“Ehmm…, sebaiknya kita memberi hadiah apa, ya? Tubuh Pak Macan terlalu besar. Sulit bagi kita yang bertubuh kecil ini untuk membuat benda yang pantas dikenakan Pak Macan,” keluh si Pleci Dada Kuning.

“Bagaimana kalau kita tanyakan saja kepada teman-teman yang lain, hadiah apa yang akan mereka berikan? Siapa tahu bisa memberi kita ide,” usul Pleci Enggano.

Burung-burung pleci pun bergegas berkeliling hutan untuk menemui teman-teman mereka. Si Badak tampak sibuk membuat mahkota dari kulit kayu. Si Gajah mempersiapkan batang kayu untuk menghias istana Pak Macan. Sementara keluarga sapi akan memberikan susu terbaik mereka. Burung-burung pleci pun semakin bingung. Hadiah apa yaa yang paling pantas untuk Pak Macan?

Tiba-tiba Pleci Dahi Hitam berteriak, “Aha… aku tahu! Hadiah tidak selalu harus berupa benda kan? Kita bisa memberikan sesuatu yang menghibur untuk Pak Macan. Kita nyanyikan saja lagu-lagu yang indah untuk memeriahkan pesta ulang tahun Pak Macan. Itu kan keahlian kita.”

Teman-teman yang lain menyetujui usulan Pleci Dahi Hitam. Mereka lalu segera berlatih dan memilih lagu terbaik. Hutan pun menjadi semarak, karena suara merdu burung-burung pleci menghibur semua hewan yang mendengar.

Tiba saatnya pesta ulang tahun Pak Macan. Seluruh warga hutan berdandan dan membawa hadiah-hadiah terbaik mereka. Mereka berkumpul di istana Pak Macan. Burung-burung pleci tampak gagah dan cantik dengan bulu-bulu mereka yang warna-warni.

Pak Macan sangat bergembira dan mengucapkan terima kasih atas perhatian dan hadiah yang diberikan warga hutan. Tiba giliran burung-burung pleci untuk memberikan hadiah. Mereka terbang ke hadapan Pak Macan. “Hadiah apa yang kalian bawa?” tanya Pak Macan. Ia heran karena burung-burung pleci tidak terlihat membawa apapun.

Pleci Enggano lalu mengajak teman-temannya memberi hormat pada Pak Macan. Setelah itu, ia mengayunkan sayapnya memberi kode, hingga burung-burung pleci pun mulai bernyanyi. Suara burung-burung pleci yang merdu, membahana ke seluruh hutan, membuat Pak Macan dan hewan-hewan lain terhibur dan membuat pesta semakin meriah.

Hadiah dari burung-burung pleci memang istimewa. Karena tidak hanya menghibur Pak Macan, tapi juga seluruh warga hutan. Pak Macan pun meminta purung-burung pleci untuk bernyanyi setiap hari, supaya seluruh warga hutan selalu bergembira. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Karina Octavia P
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita