Dunia tengah menghadapi gelombang baru ancaman non-konvensional: siber, disinformasi, dan misinformasi yang semakin masif dan terstruktur. Menyadari hal tersebut, negara-negara ASEAN bergerak bersama. Dalam langkah konkret memperkuat ketahanan informasi, ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) melalui ADMM Cybersecurity and Information Centre of Excellence (ACICE) menggelar Kursus Countering Disinformation in the Defence Sectoral, yang berlangsung sejak 29 Juni hingga 4 Juli 2025 di Singapura.
Kursus bergengsi ini diikuti oleh delegasi dari seluruh negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia yang diwakili oleh dua peserta, salah satunya adalah Kolonel Dedy Yulianto, perwira menengah yang kini menjabat sebagai Analis Madya Bidang Humas di Biro Informasi dan Humas Kementerian Pertahanan RI. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran situasional, memperkuat strategi komunikasi pertahanan, dan membangun jaringan regional di tengah ancaman disinformasi global yang kian kompleks.
“Kursus ini sangat penting untuk membangun pemahaman dan kesiapsiagaan kolektif negara-negara ASEAN dalam menghadapi kampanye informasi yang bersifat hostil. Terutama dalam konteks militer dan pertahanan yang rentan terhadap manipulasi informasi lintas batas,” ujar Kolonel Dedy. Ia juga menekankan bahwa melalui kursus ini, peserta tidak hanya mempelajari strategi teknis dan komunikasi, tetapi juga membangun kepercayaan dan kolaborasi antar praktisi informasi pertahanan.
Selama pelatihan, peserta dibekali materi penting seperti Disinformation Tactics and Foreign Information Manipulation, Crisis Communications, hingga sesi Tabletop Exercise (TTX), yakni simulasi skenario untuk menguji kesiapan komunikasi lintas sektor saat menghadapi krisis informasi. Setelah sesi latihan, dilakukan juga Post TTX Debrief yang bertujuan mengevaluasi dan menyempurnakan respons strategis yang telah disimulasikan.
Sebagai bagian dari program, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke dua institusi strategis: Pusat TikTok dan Redaksi The Straits Times. Di TikTok, peserta mendapat wawasan langsung tentang bagaimana platform media sosial besar menangani konten, moderasi, dan disinformasi dalam kecepatan penyebaran informasi yang sangat tinggi. Sementara di The Straits Times, mereka diterima langsung oleh Jaime Ho, Chief Editor Channel News Asia dan mantan pemimpin redaksi The Straits Times. Jaime menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif global. “Dibutuhkan konsep lintas negara untuk menangani misinformasi dan disinformasi. Pemerintah, media, platform digital, dan masyarakat sipil harus menjadi bagian dari solusi,” ujarnya.
Kegiatan ini ditutup dengan penyerahan sertifikat oleh Brigadir Jenderal Ng Pak Shun, Chief of Policy & Strategy, Kementerian Pertahanan Singapura, kepada seluruh peserta termasuk Kolonel Dedy dan Liana, perwakilan dari Kementerian Pertahanan RI.
Kursus ini bukan hanya forum belajar, melainkan platform strategis untuk memperkuat ketahanan informasi kawasan ASEAN. Di tengah gempuran berita palsu, algoritma yang bias, dan konflik narasi digital, inisiatif semacam ini menjadi bagian penting dari pertahanan modern—di mana perang tidak hanya terjadi di medan tempur, tapi juga di pikiran publik.