Benda-benda potongan cerita dari masa lalu meninggalkan kisah romantisme yang memberi makna personal bagi setiap orang. Bukanlah hal tabu untuk tetap menghadirkannya di dalam rumah berlanggam modern.

Langgam desain modern menekankan unsur fungsional dan efisiensi yang mampu mewadahi gaya hidup penghuninya. Less is more. Begitu ujaran Mies van der Rohe yang disebut-sebut sebagai bapak arsitektur modern. Meski prinsip ini nampak bertolak belakang dengan benda-benda antik yang identik dengan ukiran maupun permainan ornamen yang beragam, sentuhan antik di ruang modern menjadi aksentuasi unik. Kehadirannya menjadi pembentuk cerita yang personal dalam sebuah ruang.

Benda-benda antik, jika ditata dengan tepat, memang mampu menjadi ornamen desain yang menawan. Menegaskan pernyataan, menciptakan aksen, dengan tetap menjaga kesederhanaan. Meski hanya menghadirkan satu jenis aksen bernuansa antik, mampu memberi sentuhan berbeda pada ruangan.

Sebuah mesin ketik tua, misalnya. Bentuknya unik, jika digunakan pun mengeluarkan suara yang khas. Tidak sedikit generasi terkini yang belum pernah melihat mesin ketik secara langsung, lebih-lebih mesin tik tua.

Jendela cermin dengan ukiran tradisional juga bisa menjadi pilihan untuk menghiasi sudut ruang. Beberapa daerah di Indonesia terkenal sebagai produsen kerajinan jendela cermin ini dengan menampilkan karakter ukiran dan bentuk yang khas. Di antaranya dari Jepara, Bali, atau dari Madura. Bahan kayu yang digunakan juga beragam, sesuai dengan kekhasan tiap-tiap wilayah. Semakin kuat kayu yang digunakan, semakin tinggi pula nilainya.

Unsur vintage lain yang tergolong lazim dijumpai adalah sebuah jam kuno. Dengan ukuran yang besar, menampilkan detail desain yang impresif, dan merupakan produk buatan tangan. Jam kuno hadir dalam beberapa variasi. Ada yang berupa jam meja, jam dinding, atau dengan desain berdiri seperti yang disebut dengan grandfather’s clock. Tiap-tiap benda membawa kisah yang menjadikannya kian menarik.

Penutur kisah

Seperti halnya kisah grandfather’s clock, ketika jam vertikal dengan pendulum panjang itu pertama kali ditemukan sektiar 350 tahun lalu, namanya adalah long case clock. Pada abad ke-17, pembuatan mesin penunjuk waktu cukup menyita perhatian. Sesuai hukum alam pada ilmu sains, sebuah penemuan akan mengarah pada penemuan berikutnya, seorang astronomi asal Belanda Christiaan Huygens menggunakan hasil penelitian Galileo Galilei dari dua abad sebelumnya yang menghitung gerak pendulum.

Ia membutuhkan penunjuk waktu yang presisi untuk menghitung pergerakan bintang dan tata surya, yang akhirnya berhasil diperoleh setelah ia merakit jam dengan gerak pendulum. Inovasinya ini terjadi pada 1657. Dari kebutuhan astronomi, jam ini pun menjadi populer di seluruh dataran Eropa barat dan desainnya terus berkembang hingga akhirnya menggunakan pendulum panjang, kotak kayu yang tinggi sehingga diberi nama long case clock.

Sementara itu, nama unik grandfather’s clock yang unik tak lepas dari peranan musisi Amerika, Henry Clay Work. Pada 1876, lagunya yang berjudul “Grandfather’s Clock” dirilis dan segera menjadi hits. Lagu itu menceritakan seorang kakek yang mendapatkan jam dengan pendulum panjang, pada hari kelahirannya. Sejak lagu itu terkenal, sebutan grandfather’s clock menggantikan sebutan aslinya, long case clock.

Jam dengan pendulum panjang yang berdiri kokoh dengan rangka kayu dan ornamen klasik ini memiliki penggemar fanatik. Tak jarang penggemarnya sengaja berburu hingga ke mancanegara demi mendapatkan grandfather’s clock buatan merek terkenal. Ia bertahan dari era ke era, dengan rancangan bentuk yang juga berubah.

Kini, tak lagi hadir dengan sentuhan klasik, grandfather’s clock pun bisa tampil dengan sentuhan modern lewat warna monokrom seperti hitam atau putih, menampilkan sudut-sudut tegas, dan tidak terlalu banyak bermain ornamen.

Jam antik ini dinilai memiliki nilai investasi tinggi sehingga selalu dicari, berkat sistem mekaniknya, jenis kayu yang digunakan, hingga cara pembuatannya yang membutuhkan rasa seni dan kedetailan tinggi. Beberapa kelompok masyarakat tradisi juga mengakui, meletakkan jam antik besar di rumah dapat mendatangkan hoki. Pasalnya, jam antik ini selalu berbunyi “tik..tak..tik..” selama 24 jam, yang diibaratkan uang terus masuk.

Ada banyak pilihan benda antik yang bisa dihadirkan dalam sebuah ruangan berlanggam modern. Tidak sedikit yang sengaja memelihara furnitur atau ornamen dekorasi milik keluarga yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Benda warisan keluarga ini tak hanya menciptakan aksentuasi unik, ia juga mengandung nilai histori yang tinggi dan kian memberi sentuhan personal di rumah. [ADT]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Februari 2018