Gading, seekor anak gajah yang hidup di hutan Way Kambas, Lampung, mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar untuk mendinginkan suhu tubuhnya. Memang, beberapa minggu ini, cuaca terasa sangat panas. Hujan yang tak kunjung turun membuat pepohonan meranggas, rerumputan mengering, dan buah-buahan semakin jarang.

Gading yang kelaparan, bersorak girang tatkala menemukan makanan. Semua pucuk dedaunan, buah, dan rumput hijau yang ia jumpai dilahapnya hingga tak bersisa.

Setelah kenyang, Gading berjalan menyusuri hutan. Ia tersenyum lebar saat bertemu Cici kelinci. “Hai, Cici. Kita main, yuk.”

“Maaf, aku enggak bisa,” sahut Cici ketus.

Meskipun heran, Gading lalu meneruskan perjalanannya menjelajahi rimba.

Anehnya, Ruru rusa, Donki keledai, dan Momo monyet bersikap sama seperti Cici. Mereka sengaja menghindari Gading.

Gading merasa sedih karena diabaikan teman-temannya. Ia beristirahat di bawah pohon besar dengan wajah lesu.

Tiba-tiba, sebuah sarang burung jatuh dari dahan pohon besar. Dengan sigap, Gading pun menangkap dengan belalainya, kemudian menaruhnya kembali ke atas dahan.

Makasih, Gading. Kamu sudah menyelamatkan telur-telurku,” ujar Puna si burung punai gembira. “Omong-omong, kamu kok tidak ceria seperti biasanya?”

Gading lalu menuturkan semuanya ke Puna.

Sebagai rasa terima kasih, Puna terbang untuk mencari tahu penyebabnya.

Dari atas pohon, Puna melihat Cici, Ruru, Donki, dan Momo sedang berbincang-bincang.

“Kemarau panjang membuat kita kelaparan,” keluh Ruru.

“Iya. Apalagi, kita selalu kalah cepat dengan Gading. Begitu melihat buah, rumput, dan dedaunan segar, dia akan segera menghabiskannya. Aku tahu porsi makannya besar. Tapi Gading tak pernah peduli pada kita, yang juga membutuhkan makanan,” imbuh Donki kesal.

“Di hutan hijau, makanannya berlimpah. Sayangnya, kita harus menyeberangi sungai besar. Padahal, tak ada jembatan. Kita pun tak bisa berenang,” kata Momo.

“Sebenarnya, Gading bisa menolong kita. Dia kan, jago berenang. Namun, kita sudah bersikap buruk padanya,” sesal Cici.

Puna yang bersembunyi di atas pohon, bergegas terbang menemui Gading dan menceritakan semuanya. Gading manggut-manggut.

Anak gajah itu lalu menemui para sahabatnya.

“Teman-teman, maafkan aku, ya, sudah bersikap egois. Sekarang, naiklah ke punggungku agar kalian bisa menyeberangi sungai dengan aman,” kata Gading.

“Sama-sama. Maafkan kami juga, ya, Gading,” ucap Cici mewakili Ruru, Momo, dan Donki.

Tanpa buang waktu, Gading lalu menyeberangkan teman-temannya ke hutan hijau.

Gading senang bisa merekatkan persahabatannya kembali. Sejak saat itu, ia tidak egois lagi dalam mengonsumsi makanan di hutan.*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Elisa DS
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita