“Meooong…”
“Ciitt……..!!!”
Firdaus sontak menoleh. Ia terbelalak saat menyaksikan seekor kucing terkapar di tengah jalan! Tak jauh dari tempat itu, dilihatnya seorang pengemudi sepeda motor melaju kencang.
Tiba-tiba, gerimis turun. Firdaus buru-buru membopong kucing abu-abu yang baru saja terserempet sepeda motor itu masuk ke dalam rumah. Kaki kanan kucing itu berdarah!
“Kucing siapa, Fir?” Bunda mengernyitkan kening.
“Tidak tahu, Bunda. Aku menemukannya terserempet sepeda motor di depan.”
Bunda manggut-manggut. Tanpa membuang waktu, bunda membersihkan luka si kucing, memberinya obat, kemudian membalutnya dengan perban. “Syukurlah, hanya luka kecil.”
“Makasih, Bunda. Ngomong-ngomong, kucing ini boleh kupiara, ya? Sebagai pengganti Kitty.” Kitty adalah kucing piaraan Firdaus yang sebulan silam mati tertabrak mobil.
“Hmm, kalau kucing ini ada pemiliknya, bagaimana?” Bunda bertanya.
Firdaus terdiam. Ia sudah jatuh hati pada kucing yang menggemaskan ini.
Bunda tersenyum. “Firdaus boleh memeliharanya jika memang kucing ini tak bertuan. Namun, Firdaus harus mengembalikan kucing ini kalau ternyata ada pemiliknya.”
“Siap, Bunda. Besok Firdaus akan tanya ke teman-teman, barangkali ada yang kehilangan.”
“Meong!” Kucing tersebut menjilati tangan Firdaus.
“Mungkin dia lapar. Coba kasih makanan Kitty, kayaknya masih ada sedikit di belakang.”
Firdaus bergegas mengambil makanan sisa Kitty, lalu memberikannya pada kucing tersebut. “Sekarang, namamu Bubu, sesuai dengan bulumu yang abu-abu.”
“Meong!”
Mereka berdua langsung akrab. Kucing abu-abu itu mengeong manja dalam pelukan Firdaus. Setelah itu, Firdaus bermain lato-lato. Ia terkekeh melihat mata Bubu bergerak-gerak mengikuti arah dua bola kecil yang berbenturan tersebut.
“Hore! Hujannya sudah reda. Bunda, aku boleh main ke rumah Rafi?”
“Boleh, tetapi jangan lama-lama, ya.”
Firdaus lalu pergi ke rumah teman sebangku yang juga tetangganya itu sambil menggendong Bubu. Firdaus lalu melambaikan tangan tatkala melihat Rafi bersepeda. “Rafi, ayo main.”
“Lo… ini, kan, Pusi, kucingnya sepupuku yang sedang berlibur di sini. Sejak kemarin, Pusi menghilang.” Rafi mendekati Firdaus.
“Oh, namanya Pusi. Aku tadi menemukannya terserempet sepeda motor, lalu bunda mengobati lukanya.”
“Wah, makasih banyak, ya. Sepupuku pasti senang karena Pusi sudah ditemukan.”
Firdaus tersenyum. Meskipun sudah telanjur sayang Bubu, ia ikhlas jika Bubu kembali ke pemiliknya. *
Penulis: Elisa DS
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita