Fachri (23) dengan telaten mengganti air akuarium kecilnya di kantor. Bagi Fachri, memandangi liuk ikan di akuarium menjadi semacam stress release. “Harus ada hal yang bisa menghidupi kubikel kerja. Sekadar memberi makan atau melihatnya, bisa buat rileks. Gue pilih ikan cupang karena selain berwarna-warni, ikan cupang lebih tahan lama. Misalnya, kantor libur sampai dua minggu sekalipun, ikan itu bisa hidup tanpa diberi makan,” ujar Fachri.

Fachri menambahkan, ikan cupang dipilih untuk dipelihara di kantor karena dianggap merepresentasikan dirinya. Menurut Fachri, cupang tidak merepotkan, tidak perlu filter air atau gelembung udara yang ribet.

Sama seperti dirinya yang tidak suka hal-hal yang merepotkan. Selain itu, cupang lebih baik dipelihara di akuarium tersendiri, sama seperti dirinya yang tidak terlalu suka dengan ingar-bingar. Selain cupang, Fachri memelihara ikan koi dan ikan mas di kolam rumahnya.

Serupa dengan Fachri, Tommy (29) memilih memelihara ikan juga karena bisa membuatnya lebih tenang. Dia mengatakan, perasaan dan pikiran merasa lebih tenang kala melihat ikan berenang.

Awalnya, Tommy tertarik untuk membuat aquascape. Namun, kesibukan tidak memungkinkannya untuk merawat aquascape. Daun-daun yang tumbuh di dalam akuarium itu harus rajin dirawat dan dipotong.

“Awalnya ingin seperti pehobi aquascape, tetapi kalau tidak tekun malah jadi berantakan. Sekarang diganti saja tanaman ala kadarnya, yang tidak membutuhkan waktu khusus untuk merawat,” kata Tommy.

Tidak seperti kebanyakan orang, Tommy justru lebih tertarik untuk memelihara ikan-ikan yang berstatus predator. Sebut saja ikan palmas endlichery, palmas albino, redfin shark albino, dan redfin shark black. Untuk jenis palmas, Tommy memisahkan akuariumnya karena buas.

“Memelihara ikan predator juga seperti memuaskan rasa ingin tahu bagaimana seekor ikan predator memakan mangsanya. Jadi, kita juga bisa tahu karakter ikan ternyata beragam ya, walaupun terlihat seperti ikan hias,” ungkap Tommy.

Bermanfaat bagi jiwa

Bagi kebanyakan orang, memandangi ikan berenang bisa menenangkan. Menurut riset Plymouth University dan University of Exeter pada 2015, memandangi akuarium punya efek positif secara fisik dan psikologis. Menurut penelitian ini, melihat ikan berenang di akuarium bisa menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Selain itu, bisa memperbaiki mood dan meningkatkan konsentrasi.

Mengutip Vice, dosen dan direktur Center for the Human-Animal Bond dari Purdue University Alan Beck mengatakan, berhubungan dekat dengan alam, terutama hewan, sangat penting bagi kondisi psikologis manusia. Beck mengacu pada hipotesis biophilia, yang dicetuskan oleh ahli biologi EO Wilson, tentang manfaat positif saat berhubungan dekat dengan alam.

Terapi akuarium, salah satunya, walaupun studinya belum resmi diumumkan. Saat ini, peneliti masih menelusuri hasilnya. Namun, baru-baru ini studi tersebut menunjukkan, melihat ikan berenang di akuarium selama 10 menit dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung. Hasil ini didapat setelah melihat respons fisik dan psikologis dari 112 peserta acak yang berisi jenis ikan hias yang beragam.

Temuan tersebut menunjukkan, mereka lebih relaks dan denyut jantung menurun sebesar 3 persen walaupun tak ada ikan di dalam akuarium. Saat ada ikan, denyut jantung dan tekanan darah bisa menurun hingga 7 persen dan 4 persen. Sebuah penelitian juga pernah dilakukan di Virginia Commonwealth University, efek memandangi akuarium juga bisa menurunkan perasaan cemas, takut, frustrasi, dan depresi.

Penelitian lainnya juga pernah dilakukan pada 1999 di Purdue University terhadap perbaikan pola makan pasien alzheimer. Studi ini mencatat, efek terapi akuarium itu meningkatkan asupan nutrisi pasien alzheimer sebesar 21,1 persen dan membuat lebih fokus. [*/VTO]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 22 Februari 2018