Sejuk dan asri, begitu kesan yang terasa ketika kita menjejakkan kaki di Tomohon, Sulawesi Utara. Berjarak 22 kilometer dari Manado, kesejukan yang menyelemuti Tomohon cukup terasa karena kota ini terletak di ketinggian 700-800 meter di atas permukaan laut (dpl). Diapit oleh dua gunung berapi, yaitu Lokon yang masih aktif (1.689 meter) dan Mahawu yang sudah tidak aktif (1.311 meter) membuat kondisi tanah di Tomohon subur.

Perpaduan udara yang sejuk dan tanah yang subur ini membuat banyak lahan di Tomohon cocok untuk menanam beragam jenis bunga. Maka, tak mengherankan Tomohon juga dikenal sebagai “Kota Bunga”. Bagi pencinta bunga, sempatkan diri untuk berwisata ke daerah ini karena di tiap tahunnya Tomohon mengadakan festival bunga yang namanya sudah dikenal hingga mancanegara. Tak kalah cantik dengan festival bunga yang diadakan di negara-negara Eropa.

Selain festival bunga, banyak tempat di Tomohon yang menarik untuk dikunjungi. Dua di antaranya, Gunung Mahawu dan Bukit Doa Kelong. Siapkan stamina yang kuat untuk mengunjungi dua tempat itu karena banyak medan yang menanjak.

Gunung Mahawu

Waktu yang paling baik untuk memulai pendakian Mahawu adalah pukul 07.00 dari Desa Kakaskasen. Karena gunung ini tidak terlalu besar, pendaki dapat mencapai puncaknya kurang lebih dalam waktu satu jam.

Kendaraan roda empat juga sudah dapat menjangkau area dekat puncak karena Pemerintah Kota Tomohon telah membuat jalan akses yang bagus ke Mahawu. Di sana, terdapat area parkir yang cukup luas di pos penjagaan.

Meski cukup menguras energi untuk dapat menikmati pemandangan indah dari gunung ini, turis tak perlu khawatir karena sudah tersedia anak tangga yang cukup rapi untuk dilalui. Jumlah anak tangga ini sekitar 150 buah, sehingga membutuhkan tubuh yang fit agar dapat mencapai puncak. Rasa letih setelah menanjak akan terbayar dengan kesejukan udara dan pemandangan alam yang hijau memesona.

2610-LANGGAM_4
2610-LANGGAM_5
2610-LANGGAM_1
2610-LANGGAM_3

Di puncak Mahawu, wisatawan dapat melihat kawah dan berjalan mengelilingi pinggirannya. Dari sini, wisatawan dapat menyaksikan dengan jelas pemandangan kawah Gunung Lokon, Gunung Manado Tua, Pulau Bunaken, kota dan teluk Manado, Gunung Klabat, danau dan Kota Tondano, serta Kota Tomohon.

Jalan setapak di bibir kawah telah disemen, sehingga tak sulit bagi wisatawan untuk menempuhnya. Namun, ada kalanya wisatawan harus menerobos alang-alang yang tinggi untuk membelah lintasan ini. Sungguh menjadi petualangan yang seru.

Orang Minahasa menamai mahawu karena sering mengeluarkan abu. Gunung ini pernah mengalami letusan kecil pada 1789. Kemudian pada 1994, Gunung Mahawu sempat meletupkan lumpur fumarol dan aktivitas geyser yang terjadi di sepanjang danau kawah yang berwarna kehijau-hijauan. Letupan terakhir pada 1999. Walau sudah tidak aktif, aroma belerang yang tersapu angin masih tercium.

Berbeda dengan gunung berapi lainnya yang cenderung berpasir di puncaknya, puncak Mahawu tampak hijau dan banyak tumbuhan. Saat di puncak, wisatawan dapat melihat putihnya awan dan pemandangan di bawah yang menakjubkan. Selain itu, ada juga hutan lindung kecil yang dihiasi bunga warna-warni.

Bukit Doa Kelong

Bukit Doa Kelong dikenal juga dengan nama Bukit Doa Tomohon. Tempat ini merupakan salah satu obyek wisata alam sekaligus wisata religi. Keindahan alam yang berpadu dengan sejuknya udara pegunungan, membuat setiap pengunjung betah untuk berlama-lama di tempat ini. Tak heran, jika tempat ini menjadi salah satu tempat wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Tempat wisata alam dan religi ini sering dijadikan lokasi outbond, gathering, tempat pemberkatan nikah, serta pesta pernikahan bernuansa taman. Bukit Doa Kelong memiliki dua pintu masuk. Pintu masuk pertama hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki karena ada lintasan prosesi Jalan Salib untuk mengenang peristiwa sengsara Yesus Kristus.

Sembari mendaki rute ini, wisatawan akan menemukan patung-patung perhentian Jalan Salib. Rute yang berkontur ini telah diaspal sehingga membantu wisatawan untuk menelusuri tangga-tangga sampai ke puncak Via Dolorosa. Rute ini juga dikenal sebagai Jalan Salib Mahawu. Ada 14 lokasi perhentian dengan patung-patung yang terbuat dari besi. Melewati jalan ini, wisatawan seolah dibawa kembali ke masa sengsara Yesus.

Di puncak Via Dolorosa terdapat Kapel Bunda Maria. Menanjak lagi ke atas, terdapat The Grotto of Mother Mary, Gua Mahawu, dan amphiteater. Keberadaan amphiteater berbentuk setengah lingkaran dan terlihat seperti koloseum di Roma ini, membuat tempat ini terasa semakin spektakuler. Amphiteater ini biasa dijadikan lokasi pertunjukan seni dan budaya, dan bisa pula dijadikan altar untuk peribadatan. Selain itu, amphiteater sering digunakan untuk lokasi fotografi landscape hingga foto pre-wedding.

Pemandangan alam yang begitu indah, bersih, sejuk, dan tertata dengan rapi, menjadikan Bukit Doa Kelong bak sebuah magnet yang menarik setiap orang untuk berkunjung ke tempat ini. [ACH]

Foto-foto : dokumen Tommy. B. Utomo

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 26 Oktober 2017