Sore itu, sepulang sekolah, Pila duduk di sendiri di belakang rumahnya. Ia sedang membaca buku Matematika karena besok mau ulangan.

Dari belakang rumahnya, ia bisa melihat perahu getek mengantarkan beberapa penduduk yang mengendarai motor menyeberangi sungai. Rumahnya memang membelakangi salah satu sungai besar di Kalimantan Tengah yaitu Sungai Seruyan.

Sayup-sayup terdengar suara Randi dan Riel memanggilnya, “Pila, ayo, kita nyandau di kebun Pak Rensi!”

Pila langsung bergegas menuju ke depan rumah. Terbayang harum dan lezatnya buah durian. Nyandau adalah panen bersama menunggu durian jatuh dari pohon.

“Tapi, jangan sampai malam ya. Besok saya ada ulangan,” kata Pila.

“Beres. Nanti kita pulang sebelum matahari terbenam,” jawab Randi dengan lugas.

Mereka berjalan kaki menuju kebun di utara Kampung Sandul. Sekitar setengah jam mereka sudah sampai di sana. Pak Rensi sedang duduk di gubuk kayu yang dibangunnya khusus saat musim durian tiba. Selama musim durian, Pak Rensi tinggal di sana.

Pila, Randi, dan Riel langsung menyapa Pak Rensi yang sedang minum kopi, “Selamat sore, Pak Rensi. Bolehkah kami ikut nyandau di sini.”

“Oh boleh-boleh. Kebetulan Bapak sedang sendiri,” jawab Pak Rensi dengan senang.

Mereka pun duduk di gubuk sambil mengobrol panen durian. Tahun ini, panen terlihat bagus karena tidak ada banjir seperti tahun kemarin. Beberapa waktu kemudian terdengar suara durian jatuh ”Gedebug.” Sontak Riel dan Randi berlari mencari durian tersebut.

Hingga akhirnya Randilah yang dapat menemukannya. Randi tersenyum menang. Siapa yang cepat, dia yang dapat. Begitulah panen durian di sana. Pemilik pohon mempersilakan siapa yang mendapatkan durian yang jatuh jadi miliknya.

“Yah, busuk,” kata Randi kecewa mendapati duriannya sudah busuk di bagian bawah. Giliran Riel yang tersenyum meledek.

Sore sudah mulai memasuki malam. Mereka pamit mau pulang. Mereka tidak dapat satu pun durian. “Pak Rensi, kami pulang dulu,” kata mereka serempak.

Pak Rensi pergi ke dalam gubuk. Dia membawa tiga buah durian. “Ini untuk kalian karena sudah menemani Bapak. Besok kalau mau nyandau malam hari saja. Durian banyak yang jatuh kalau malam.”

“Terima kasih, Pak. Besok kalau malam minggu atau libur sekolah, ya,” kata Riel sambil menerima durian dengan mata berbinar.

Mereka pun pulang sambil menenteng durian. Hmm terbayang sedap rasanya makan durian di rumah.

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Muhammad Nuruzzaman
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita