“Boleh beli cokelat ini, Yah?” tanya Sava ketika mereka sudah berada di minimarket.
“Boleh. Tapi, dimakan nanti setelah makan malam, ya.” Sava mengangguk senang.
“Sava, tunggu di sini. Jangan ke mana-mana, ya,” pesan ayah yang kemudian berjalan ke bagian lain.
Beberapa saat kemudian, ayah kembali dengan membawa keranjang belanja yang berisi barang-barang titipan ibunya.
Merasa ayah sudah selesai berbelanja, Sava kemudian berlari menuju meja kasir. Ia langsung berdiri di depan seorang ibu yang sedang mengantre. Ibu itu memandang kaget, tetapi tidak berkata apa-apa.
“Sava, kita harus mengantre dengan tertib.” Tiba-tiba ayah berkata di samping anak laki-lakinya.
Ayah lalu meminta maaf kepada ibu yang telah terlebih dahulu mengantre.
“Sava mau bilang juga?” kata ayah kepada Sava sambil mengusap kepala anaknya.
“Maaf, Bu,” kata Sava pelan. Kepalanya tertunduk. Ibu itu tersenyum ramah dan mengangguk.
Ayah menggandeng tangan Sava menuju antrean yang sudah mulai panjang dan keduanya mengantre dengan teratur di belakang.
Keesokan harinya di sekolah, beberapa menit setelah bel istirahat berbunyi, Sava dan kawan sebangkunya, Ali berjalan menuju kantin. Ali ingin membeli roti keju kegemarannya.
Ali melihat bapak penjual roti lalu bergegas menghampiri dan langsung berseru nyaring, “Pak, roti keju satu!”
Sava melihat sudah ada beberapa siswa lain yang menunggu dan segera menarik lengan kawannya. “Kita harus mengantre dengan tertib,” kata Sava.
“Tapi, bukannya anak yang lain juga tidak selalu mengantre.”
“Walaupun yang lain tidak mengantre, kita bisa memberi contoh. Kata ayah, tertib mengantre artinya kita menghormati orang lain.”
“Oh, begitu, ya,” sahut Ali mengangguk-angguk.
Keduanya lalu berjalan kembali ke ruang kelas setelah dengan teratur menunggu giliran membeli roti.
Tidak diduga. “Ayo, kita lomba!” Ali berkata dengan semangat. “Siapa yang paling rajin dan tertib mengantre jadi pemenang.”
Merasa bersemangat juga, “Ayo!” sahut Sava sambil tersenyum lebar. “Tidak cuma di sekolah, ya!” katanya, lalu mengejar Ali yang sudah berlari ke arah ruang kelas.*
Penulis: May Wagiman
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita