Setiap pagi, Kuju berlari mengelilingi hutan untuk memastikan semua penghuni hutan baik-baik saja. Ia sering membantu teman-temannya, seperti membawakan makanan untuk kelinci Kiki atau menolong burung beo yang kehilangan sarangnya karena angin kencang. Semua penghuni Rimba Raya menyayangi Kuju karena hatinya mulia.
Suatu hari, seekor harimau bernama Raja datang ke Rimba Raya. Raja adalah harimau besar dengan belang hitam tegas dan mata yang tajam. Ia datang untuk menantang siapa pun yang berani berlomba lari dengannya. Raja adalah pelari hebat di hutan lain dan sombong karena kehebatannya.
“Siapa yang bisa mengalahkanku dalam perlombaan lari, akan kuberi hadiah sepuluh buah mangga emas yang kutemukan di hutan seberang!” seru Raja dengan suara menggelegar.
Namun, jika kalah, ia meminta penghuni Rimba Raya menyerahkan tempat tinggal mereka. Semua penghuni Rimba Raya ketakutan. Tak ada yang berani menerima tantangan Raja, kecuali Kuju.
“Aku akan menerima tantanganmu, Raja,” kata Kuju.
Semua penghuni hutan terkejut dan khawatir. “Kuju, bagaimana jika kau kalah? Kita semua akan kehilangan rumah,” kata Tuti, si tupai kecil.
“Tenanglah, teman-teman. Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi rumah kita,” jawab Kuju mantap.
Keesokan harinya, perlombaan pun dimulai. Semua penghuni hutan berkumpul di tepi lapangan luas untuk menyaksikan perlombaan itu. Jalur lomba sangat panjang, melintasi sungai kecil, bukit berbatu, dan pepohonan besar.
Saat peluit dibunyikan oleh Gajah Tua, Kuju dan Raja melesat seperti kilat. Raja memang cepat, tetapi Kuju memiliki kecepatan luar biasa. Di tengah perlombaan, Raja mencoba menghalangi Kuju dengan menjatuhkan ranting-ranting besar ke jalurnya. Namun, Kuju cekatan melompati semua rintangan.
Ketika mendekati garis finis, Raja kelelahan karena terus mencoba menghalangi Kuju. Sementara itu, Kuju tetap berlari dengan mantap dan fokus. Akhirnya, Kuju mencapai garis finis lebih dulu yang disambut sorak-sorai meriah seluruh penghuni Rimba Raya.
Raja tak percaya ia kalah. Namun, ia memegang janjinya. Ia menyerahkan mangga emas kepada Kuju dan meninggalkan Rimba Raya dengan kepala tertunduk.
Kuju tidak menyimpan mangga emas untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, ia membagikannya kepada semua penghuni hutan sebagai simbol persatuan dan kebahagiaan.*
Penulis: Saiful Asyhad
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita