Hari ini di Sabtu pagi, Karuna berencana pergi bersama ibu ke kolam renang. Ia telah membuat janji dengan kawan-kawan untuk berlatih berenang bersama. Mereka berjanji untuk berkumpul di depan pintu masuk kolam renang.

“Tik…tik…tik …” terdengar suara dari atas atap rumah. Ternyata, pagi ini hujan sudah mulai turun.

Lalu, hujan turun semakin lama semakin deras. “Der…der…der…!” Semakin deras tercurah dari langit. Warna langit pun semakin gelap.

Karuna akhirnya tidak jadi pergi ke kolam renang. Ibu sudah mengabari para orangtua kawan-kawannya.

Karuna yang tidak bisa berlatih berenang hari ini merasa sangat sedih. Ia duduk di dekat jendela memandang langit yang berwarna hitam.

Lalu tiba-tiba terdengar suara petir.  “Tar…tar…tar….!”  Karuna langsung menutup kedua telinganya dan berlari mendekati ibu dan bapak yang sedang duduk di meja makan.

“Aku tidak suka hujan. Hari ini, aku tidak bisa bertemu teman-teman.” Karuna merajuk.

“Karuna, sekarang musimnya. Wajar saja kalau sering turun hujan,” kata ibu mengelus kepala anak laki-lakinya.

“Tapi, Bu….”

“Kalau tidak turun hujan, pak tani bisa kesusahan karena tidak bisa panen,” ujar Bapak.

“Kalau tidak bisa panen, pak tani tidak bisa menjual padi mereka,” kata bapak lagi.

“Dan, kita tidak bisa membeli beras,” tutur ibu tersenyum.

“Jadi, hujan penting untuk pak tani, ya, Bu?” tanya Karuna.

“Selain penting untuk pak tani, hujan juga penting untuk kita semua, umat manusia. Hujan juga penting untuk tumbuhan dan hewan. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita bersyukur dengan adanya hujan,” kata ibu.

Siang itu, ibu membuat masakan nasi goreng dengan ikan salmon. Makanan kesukaan Karuna.

Sebelum makan, Karuna berdoa kepada Tuhan untuk rejeki-Nya dan hujan yang membantu pak tani sehingga ibu bisa membuat makanan favoritnya.

Selain berenang, Karuna juga suka melukis. Setelah makan siang, Karuna mengambil buku gambar dan pensil warna dari kamarnya dan membawa semua alat gambar itu ke dekat jendela.

Ia memandang air hujan yang masih turun dengan lebat dan terlihat berpikir keras.

Setelah beberapa saat, Karuna memperlihatkan karya gambarnya kepada ibu dan bapak.

“Aku menggambar pak tani dan padi, Bu. Juga di sini ada ibu sedang membuat nasi goreng,” kata Karuna senang.

Bapak dan ibu memuji hasil karya anak laki-lakinya.

Di bawah gambarnya Karuna menulis, “Terima kasih, pak tani. Aku bersyukur ada hujan.” *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: May Wagiman
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita