Bara, seekor anak bajing terbang dan keluarganya tinggal di sebuah lubang pohon di hutan. Orangtuanya merasa sudah waktunya Bara belajar meluncur. Ia harus dapat meluncur agar nantinya mudah mencari makan sendiri, selain untuk membantunya menghindari bahaya.

“Mulai besok kita belajar meluncur, ya,” kata ibu bajing. Bara terlihat cemas. Ia merasa aman tetap berada di dalam sarang hangatnya.

“Jangan besok, Bu,” protesnya.

“Semakin cepat berlatih, semakin cepat bisa,” ayah bajing memberi semangat.

Keesokan hari, ibunya menarik Bara keluar dari sarang. Si bajing cilik terlihat ogah-ogahan.

“Kita coba meluncur ke cabang sebelah,” ibu bajing menunjuk sebuah pohon terdekat. “Perhatikan, ya. Siapkan kaki belakang, rentangkan tangan.”  Syuu–uut! Ibunya meluncur.

Selaput di tubuh yang mirip parasut itu membentang dari pergelangan kedua tangan hingga kaki-kakinya, membantu ibu bajing meluncur dengan mudah. Ibu bajing hinggap dengan mencengkeramkan kuku-kukunya pada cabang pohon.

“Ayo, coba.”

Wajah Bara terlihat takut.

“Jangan takut. Lama-lama nanti bisa.” Ibunya membujuk.

Dengan takut-takut, Bara berjalan ke ujung batang pohon. Mengikuti contoh ibunya, ia mulai meluncur.

“Bu—uu!” teriak Bara yang jatuh merosot sambil memeluk batang pohon.

Ibunya tersenyum lebar. “Tidak apa-apa. Bagus, Bara! Ayo, kita coba lagi,” seru ibu menyemangati.

Dari tempat yang sama, Bara berlatih setiap hari, meluncur ke cabang terdekat.

Seminggu lewat, Bara akhirnya berhasil.

“Aku bisa, Bu!”

“Kita coba cabang lain. Itu!” Sekarang ibu bajing menunjuk pohon yang lebih jauh.

Bara jatuh berkali-kali. Namun, ia tidak menyerah. Setelah berulang-ulang berlatih, akhirnya ia terbiasa. Otot-otot tubuhnya menjadi semakin kuat dan ia menjadi semakin percaya diri.

Sepuluh minggu lewat. “Ayo, kita coba cari makan bersama,” kata ayah bajing.

Esok harinya keluarga bajing terbang meluncur dari satu cabang pohon ke cabang yang lain. Si bajing cilik meluncur dengan luwes.

“Kalau kita tidak mudah menyerah dan rajin berlatih serta berusaha, pasti akan ada hasilnya,” kata ibunya memeluk Bara.

“Terima kasih, Ayah, Ibu,” kata Bara senang. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: May Wagiman
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita