“Bukannya baju-baju Naya masih banyak yang bisa dipakai,” jawab mama.
“Tapi, Ma. Naya ingin beli baju lagi,” rajuk Naya.
Mama tersenyum, lalu membelai rambut Naya. “Naya menabung dulu, ya, nanti kalau sudah cukup uangnya, Mama temani beli baju.”
Naya mengangguk. Butuh waktu lama jika menabung dulu, batin Naya. Anak perempuan kelas tiga SD di Banyumas itu, terlihat agak kecewa.
“Naya bisa belikan Mama minyak goreng? Mama mau masak, minyak gorengnya habis,” pinta Mama.
“Bisa, Ma,” jawab Naya.
Di tengah jalan menuju warung, perhatian Naya terpaku pada sosok anak perempuan seumuran dengannya sedang mendiamkan adiknya yang menangis.
“Kenapa adikmu menangis?” tanya Naya.
“Baju adikku robek, ia minta dibelikan baju baru karena jahitan tambalan robek lagi. Namun, ayahku tidak punya uang. Ayah bekerja sebagai tukang sapu jalanan. Uang ayah hanya cukup untuk makan.”
Naya memandangi kedua anak perempuan di depannya. Baju mereka sudah sangat lusuh. Ada beberapa bagian yang ditambal jahitan.
“Aku ada beberapa baju yang sudah tidak terpakai di rumah. Nanti kalian ikut aku ke rumah, ya. Sekarang, aku ke warung dulu untuk beli minyak goreng. O iya, kenalkan, namaku Naya.”
“Aku Arum. Ini adikku, Mela,” sahut Arum.
Pulang dari warung, Naya mengajak Arum dan adiknya ke rumah. Sampai di rumah, Naya menceritakan kepada mama. Naya juga memperkenalkan Arum dan Mela. Mama memberi mereka kue dan minum. Sementara itu, Naya menuju kamarnya dan mengambil baju-baju yang sudah tidak dipakai.
“Arum, ini baju-baju dariku. Masih bagus dan bisa dipakai. Semoga cukup ya buat kalian,” kata Naya sambil memberikan satu tas besar berisi pakaian.
“Wah, bajunya bagus-bagus. Terima kasih, Naya. Kamu baik sekali. Semoga Tuhan membalas kebaikan kamu,” kata Arum senang.
“Sama-sama Arum.”
Mama tersenyum dan bangga melihat Naya begitu tulus memberikan baju-bajunya. Arum dan Mela berpamitan. Naya mengantarkan sampai pintu pagar.
“Ma, Naya tidak jadi membeli baju untuk acara ulang tahun Ica. Baju-baju Naya sebenarnya masih bisa dipakai dan masih bagus,” kata Naya.
“Kenapa, Naya?” tanya Mama.
“Naya baru sadar setelah melihat Arum dan adiknya, Mela. Baju mereka yang sudah sangat lusuh dan banyak tambalan masih tetap mereka pakai. Padahal, baju-baju Naya sebenarnya masih bagus dan bisa dipakai. Maafkan Naya, ya, Ma.”
“Iya, Naya. Mama bangga sama kamu karena telah menyadarinya dan sudah mau berbagi dengan Arum dan adiknya,” kata Mama sambil memeluk Naya.*
Penulis: Fitri Kurnia Sari
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita