Namun, tampaknya hari itu Meru terlihat bersedih. Lora yang melihatnya menjadi penasaran. Ada apa gerangan dengan Meru sahabatku? pikir Lora.
“Kamu kenapa, Meru?” tanya Lora si ular pohon.
“Aku ingin pindah dari hutan ini, Lora,” sahut Meru si beruang madu.
Mendengar hal itu Lora pun segera turun dari ranting pohon menuju ke hadapan Meru.
“Kenapa kamu ingin pindah, Meru? Hutan ini adalah tempat yang aman dan nyaman untuk kita tinggal.”
“Aku ingin mencari kawananku yang lain, Lora. Aku bosan tinggal sendirian di hutan ini.”
“Kamu tidak sendiri, Meru. Aku selalu ada untuk kamu!”
“Kamu tidak mengerti, Lora. Pokoknya aku mau pergi dari hutan ini!”
Saat itu juga Meru berlari dengan kencang. Ia tidak menghiraukan Lora yang berusaha menahannya.
Namun, Meru tak menyadari bahwa ia sudah berlari sangat jauh dari area hutan tempat ia biasa tinggal. Akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tanpa disadari tiba-tiba ada seekor harimau mendekatinya.
“Menjauhlah dariku!” ujar Meru sambil mengatur napasnya yang kelelahan.
Harimau yang sedang kelaparan itu tidak mau mendengarkan ucapan Meru. Ia justru sedang bersiap-siap untuk menerkam Meru.
Namun, tiba-tiba ada seekor ular yang jatuh dari atas pohon tepat di atas tubuh harimau. Harimau itu pun terkejut. Lalu ular itu langsung melilit tubuh harimau dengan kencang.
“Jangan dekati beruang itu! Jika kamu mendekat selangkah lagi, aku akan melilit tubuhmu lebih kencang!” ujar ular itu.
“Ampuni aku! Baiklah, aku akan pergi dari sini.”
Mendengar hal itu, ular pun segera melepaskan lilitannya. Harimau itu pergi meninggalkan Meru yang ketakutan. Tapi Meru mencoba mendekati ular itu untuk mengucapkan terima kasih karena sudah menolong dirinya. Dan ketika Meru lebih mendekat ternyata ular itu adalah Lora sahabat baiknya.
“Lora? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Meru heran.
“Sejak kamu pergi tadi, aku mengikutimu, Meru. Aku khawatir kamu diserang oleh binatang-binatang liar,” sahut Lora.
Seketika Meru si beruang madu pun menundukkan kepalanya.
“Maafkan aku, Lora. Aku tidak mendengarkan ucapanmu. Sekarang baru kusadari bahwa aku memang tidak pernah sendirian. Ada kamu yang selalu di sampingku.”
“Aku sudah memaafkanmu, Meru. Tenang saja, aku akan selalu ada untukmu. Kita kan selalu saling tolong menolong. Karena kita adalah sahabat. Senang dan susah kita lalui bersama-sama.”
Meru dan Lora pun saling tersenyum. Meru meminta Lora untuk naik ke atas pundaknya. Lalu mereka pun kembali ke area hutan tempat mereka biasa tinggal dengan riang.*
Penulis: Ede Tea
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita