logo nusantara bertutur

 

 

 

“Anak-anak, untuk pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan besok, tugas kalian adalah menyanyikan lagu daerah,” kata Bu Siska kepada murid-muridnya di sebuah sekolah dasar di Surakarta, Jawa Tengah.

“Kenapa harus lagu daerah, Bu? Mendingan menyanyikan lagu-lagu sekarang yang sedang populer, Bu?” tukas Dodi.

“Iya, Bu. Lagu daerah kan sudah kuno. Ketinggalan zaman,” sahut Indah.

Bu Siska lalu berkata, “Menyukai lagu-lagu yang sekarang sedang popular, boleh-boleh saja. Namun bukan berarti kita melupakan lagu-lagu daerah yang merupakan warisan kekayaan budaya bangsa kita. Kenapa Ibu meminta kalian menyanyikan lagu daerah? Karena Ibu prihatin melihat banyak anak muda kita yang hanya piawai menyanyikan lagu-lagu dari budaya luar, namun tak kenal dengan lagu-lagu daerah dari negeri  kita sendiri.”

Dodi dan Indah hanya mengangguk-angguk mendengar kata-kata Bu Siska.

Sore hari di rumahnya, Indah membolak-balik buku lagu-lagu daerah dan bersenandung lirih. Beberapa saat kemudian, ia berdecak kesal.

Bunda yang sedang menyulam, menoleh ke arah Indah. “Kenapa, Indah?”

Indah lalu menceritakan semuanya. “Dari tadi Indah mencoba menyanyi lagu-lagu daerah yang ada di buku ini, tetapi Indah merasa sulit. Banyak dari lagu-lagu daerah ini yang Indah tidak hafal nadanya.”

“Coba menyanyi lagu ini saja, Indah. Kambanglah Bungo,” kata Bunda kemudian.

Bunda lalu menyanyikan lagu daerah dari Sumatera barat itu. Bunda menyanyikannya dengan suara merdu.

Indah ternganga. Tak menyangka jika Bundanya pandai menyanyi lagu daerah.

“Bagus, Bunda. Tapi, oh iya, Bunda. Kita kan aseli orang Surakarta, Jawa Tengah. Kenapa Bunda mengajari Indah lagu dari provinsi lain?”

“Oh, itu tidak masalah, Indah. Itu artinya kita mencintai keberagaman budaya bangsa kita sendiri. Ayo, sekarang tirukan bunda.”

Indah pun mengangguk. Ia mulai bersemangat berlatih menyanyi lagu daerah.

Keesokan harinya, satu per satu siswa maju ke depan. Raras menyanyikan lagu Gambang Suling dari Jawa Tengah, Nana membawakan lagu Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan Selatan, Aling menyanyi O Ina Ni Keke dari Sulawesi Utara.

“Giliran Indah,” kata Bu Siska.

Indah pun maju ke depan kelas.

“Kambanglah bungo parawitan

Simambang riang ditarikan

Di desa dusun ranah Minang…”

Bu Siska bertepuk tangan. “Bagus. Ternyata kalian bisa menyanyikan lagu daerah dengan baik. Lagu-lagu daerah merupakan warisan leluhur yang menjadi salah satu sumber kekayaan budaya nasional.  Sebagai generasi penerus, sudah menjadi tugas kalian untuk mengenal dan melestarikan keberadaannya.”

Indah dan teman-temannya mengangguk setuju. *

Penulis: Elisa D.S.
Pendongeng: Paman Gery (paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita