Di sebuah sekolah dasar di Jepara, Jawa Tengah, sudah tiga kali Diandra tak mengerjakan tugas piket di kelasnya. Alasannya, ia sibuk membantu ibunya membuat kue untuk dijual ke pasar.
“Bagaimana kalau kita minta ketua kelas mengganti jadwal piket Diandra? Sehingga kita tidak perlu capek mengerjakan tugas piketnya dia,” usul Dinda.
“Setuju. Jika diganti, kita cukup mengerjakan tugas piket kita masing-masing,” ucap Dewi.
“Tapi, apakah ada teman yang mau menggantikan Diandra ke tim piket kita? Mengganti jadwal piket Diandra, berarti harus ada penggantinya. Padahal semua teman sekelas kita sudah menyepakati tim piket masing-masing,” ujar Danu.
Dinda, Dewi, dan Dimas terdiam sejenak mendengar ucapan Danu.
“Bagaimana kalau kita berbicara dahulu dengan Diandra. Siapa tahu, kita bisa menemukan solusinya,” usul Dimas.
“Tidak ah! Kalian saja, aku sudah telanjur sebal dengan Diandra,” tolak Dinda.
“Jangan seperti itu Dinda. Ini permasalahan kita bersama. Kita juga harus menemukan solusinya bersama-sama,” bujuk Dewi. Dinda akhirnya mengangguk.
Sepulang sekolah, Dinda, Dewi, Dimas, dan Danu mengajak Diandra berbicara di halaman sekolah.
“Maafkan aku teman-teman. Aku tidak bermaksud untuk melalaikan tugas piket. Tapi, aku selalu kewalahan jika harus pagi-pagi sekali sampai di sekolah. Aku baru selesai membantu Ibuku membuat kue pukul enam pagi. Setelah itu, aku bergegas mandi dan berangkat sekolah. Tapi, sesampainya di sini, semua tugas piket telah kalian kerjakan,” jelas Diandra.
“Aku juga jam enam pagi baru mandi, tapi aku selalu datang awal saat tugas piket,” tukas Dinda.
“Rumahmu kan dekat Dinda. Sedangkan rumah Diandra kan jauh,” ujar Dimas.
“Apa kamu tidak bisa bilang kepada Ibumu, Diandra, agar pada saat kamu tugas piket, kamu dibebaskan dari tugas membantu membuat kue?” tanya Dewi.
Diandra menggeleng. “Kalau caranya begitu, kasihan Ibuku, karena tidak ada yang membantunya sama sekali. Sementara jumlah kue yang harus Ibuku buat tiap hari itu banyak.”
Dewi, Dinda, Dimas, dan Danu tertegun mendengar jawaban Diandra itu.
“Diandra, kamu kan paling akhir datangnya. Bagaimana kalau kita gantian tugas piket? Aku bertugas mengepel lantai, kamu menggantikan tugasku menyirami tanaman. Dengan begitu, kamu tetap bisa membantu Ibumu,” usul Dinda.
“Setuju. Menyirami tanaman kan tidak usah datang terlalu pagi. Berbeda dengan tugas mengepel lantai yang harus selesai sebelum teman-teman satu kelas kita datang,” ucap Danu.
“Iya benar,” ucap teman-teman yang lain.
“Baiklah, aku setuju,” ucap Diandra tersenyum.
Akhirnya dengan dimusyawarahkan bersama, masalah piket Diandra bisa ditemukan solusinya. Mari budayakan musyawarah untuk mencapai mufakat. *
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita