logo nusantara bertutur

 

 

 

“Teng…teng…”. Bel sekolah  berbunyi. Ling-Ling, Retno, dan Hotman segera berbaris bersama siswa kelas 4 lainnya.

Ini hari pertama tahun ajaran baru di sebuah sekolah dasar di Jakarta.  Ling-Ling, Retno dan Hotman yang rumah mereka masing-masing bertetangga, merasa senang karena bisa bertemu dengan teman-teman lainnya. Rasa senang mereka bertambah karena wali kelas mereka, Ibu Nadia sangat baik dan perhatian.

“Tadi kita sudah belajar tentang budaya Indonesia yang beragam. Sekarang buka buku tematik halaman 8 dan carilah informasi tentang keberagaman suku bangsa dari teman-teman kalian sendiri di kelas ini. Kemudian kalian tulis pada tabelnya!” perintah Ibu Nadia.

Para siswa lalu beranjak dari tempat duduknya dan mulai mencari informasi pada teman yang lain. Mereka menanyai daerah asal, ciri khas daerah, dan sebagainya.

“Hotman, kamu berasal dari suku apa?” tanya Retno

“Nama lengkapku, Hotman Pangurupan Sianipar. Berarti aku suku batak,” jawab Hotman tersenyum bangga. Retno mencatat jawaban Hotman.

“Kalau kamu, suku apa Ling?” tanya Hotman pada Ling-Ling.

Ling-Ling terdiam dan tampak bingung menjawabnya.

“Oiya, Ling-Ling ‘kan keturunan Cina, jadi Ling-Ling berasal dari suku apa ya?” ujar Hotman lagi.

Sem yang mendengar kata-kata Hotman lalu berkata, “Berarti Ling-Ling bukan orang Indonesia, dong!”

“Kamu salah, Sem! Suku Tionghoa juga adalah salah satu suku dari bangsa Indonesia,” timpal Retno. “Suku Tionghoa, seperti juga Suku Arab, adalah termasuk suku-suku bangsa di Indonesia, seperti suku Batak, suku Jawa, suku Dayak, dan suku lainnya.”

“Sudah… Sudah…” Ibu Nadia lalu menenangkan perdebatan itu. Ia meminta para siswa kembali duduk di tempat duduknya.

Ibu Nadia lalu memberi penjelasan.

“Indonesia adalah negara yang beragam. Macam-macam suku ada di Indonesia. Tionghoa juga termasuk salah satu suku di Indonesia. Namun Ibu mau tekankan di sini, bahwa yang utama untuk menjadi  bangsa yang baik adalah, bahwa kita semua sebagai warga negara Indonesia harus  bersedia berbakti dan setia pada bangsa dan Negara Indonesia,  tidak peduli asal sukunya,  agamanya, atau juga golongannya. Baik yang berasal dari Jawa, Batak, Bugis, Tionghoa, Arab, jika ia setia dan berbakti pada Indonesia, itulah baru bangsa Indonesia yang sejati.”

Seluruh siswa mengangguk tanda mengerti.

“Seperti pelajaran tematik kita hari ini dengan mempelajari keragaman Indonesia. Bahwa perbedaan itu ada, untuk menunjukkan indahnya kebersamaan, bukan sebagai pemecah. Oleh sebab itu, kita harus menghargai perbedaan ini,” jelas Ibu Nadia.

Sepulang sekolah Sem menghampiri Ling-Ling untuk meminta maaf. Ling-Ling menerima permintaan maaf dari Sem. *

Penulis: Eva Maria Sianturi
Pendongeng: Paman Gery (@paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita