Rona dan Mosa adalah dua anak rusa bawean jantan yang tangguh. Mereka bersahabat baik. Bila cuaca di hutan Pulau Bawean, Jawa Timur sedang cerah, mereka suka bermain bersama. Biasanya mereka bermain air di sungai atau bermain kejar-kejaran di belantara hutan. Namun, pagi ini Mosa tampak tak bersemangat.
“Kamu kenapa, Mosa?” tanya Rona.
“Aku bosan bermain di sini terus, Rona,” jawab Mosa.
“Kalau begitu kita cari tempat baru! Tapi di mana, ya?” kata Rona.
“Bagaimana kalau kita bermain di daerah terbuka di bagian Timur pulau? Di sana tempatnya luas. Kita bisa bermain kejar-kejaran dengan bebas,” usul Mosa.
Namun Rona tak setuju. Tempat itu memang menyenangkan. Tapi kata orang tua Rona, bermain di sana sangat berbahaya, karena ada kawanan macan yang sewaktu-waktu siap memangsa.
“Kenapa harus takut, Rona? Kita kan bisa lari,” ujar Mosa.
“Sebaiknya jangan ke sana, Mosa. Meski kita dikenal sebagai pelari tercepat di hutan ini, tapi bermain di sana tetap saja berbahaya.”
Dahi Mosa berkerut. “Kamu penakut, Rona! Mulai sekarang aku tak mau bersahabat lagi denganmu,” ucap Mosa sambil pergi meninggalkan sahabatnya itu.
Mosa ternyata tetap pergi ke lahan terbuka di bagian Timur pulau. Ia mengajak dua temannya yang lain.
Sesuai yang dibayangkan, lahan terbuka itu benar-benar tempat yang luas dan dipenuhi rerumputan hijau. Mosa beserta dua anak rusa temannya bermain kejar-kejaran dengan gembira.
Namun, mereka tak sadar kalau ternyata mereka sedang dalam incaran kawanan macan. Kawanan macan itu mengendap-ngendap diantara rerumputan. Begitu sudah dekat, macan-macan itu lalu muncul tiba-tiba.
“Haauumm….!!”
Untung saja, Mosa dan dua temannya segera menyadari kehadiran kawanan macan itu. Mosa bersama dua temannya lalu lari secepat-cepatnya menyelamatkan diri.
Beruntung, Mosa dan kedua temannya selamat. Di tengah hutan, Mosa dan kedua temannya tampak bernafas terengah-engah. Saat itulah Rona muncul dari semak-semak.
“Mosa! Kamu kenapa?” ucap Rona terkejut melihat sahabatnya itu lemas.
Mosa tertunduk dan menyesal. Akibat tak mempedulikan nasihat Rona, ia telah membahayakan diri sendiri sekaligus kedua temannya.
Mosa lalu menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya dan dua temannya kepada Rona.
Kemudian Mosa berkata lagi, “Maafkan aku, Rona. Aku mengabaikan nasehatmu. Bahkan aku tadi berkata, tak mau lagi menjadi sahabatmu. Apakah kamu mau memaafkanku, Rona? Dan masih mau kah kamu bersahabat denganku lagi?”
“Tentu saja, Mosa. Aku memaafkanmu. Dan aku selalu menganggap kamu sebagai sahabatku. Kita bersahabat memang harus saling mengingatkan, dan saling menjaga demi kebaikan bersama,” ucap Rona.
Mosa dan Rona pun berpelukan. Mereka lalu kembali bermain bersama di dalam hutan. *