logo nusantara bertutur

 

 

 

Hari selasa pagi di sebuah sekolah dasar di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Pak Guru Bambang sedang memimpin kegiatan penilaian olahraga lari jarak pendek bagi para siswa kelas 5A.

Penilaian dilakukan untuk menyeleksi siswa yang akan dikirim ke Lomba Lari Jarak Pendek 60 Meter Siswa SD Tingkat Kecamatan. Hanya ada seorang siswa yang berhak mendapatkan tiket untuk mengikuti lomba lari tersebut.

Sebelum dilakukan kegiatan penilaian, Pak Bambang memimpin pemanasan. Pemanasaran memang harus dilakukan untuk menghindari cedera berolahraga.

Adi dan Anton sangat menantikan penilaian lari 60 meter kali ini. Di kelas, mereka terkenal jago berlari. Selama ini, mereka saling mengalahkan satu sama lain.

“Hari ini, aku pasti yang menang. Aku yang akan mewakili sekolah kita di lomba,” ujar Anton.

“Kita buktikan setelah mencapai garis finish,” ucap Adi tak mau kalah

Pak Bambang memimpin kegiatan penilaian lari 60 meter itu. Dua siswa yang meraih waktu tercepat, akan diadu lagi dalam final untuk menentukan siswa yang terpilih mengikuti lomba di kecamatan.

Ternyata, kedua jagoan lari kelas 5A yaitu Adi dan Anton berhasil masuk final penilaian lari 60 meter itu menyisihkan rekan-rekan sekelasnya.

Pak Bambang lalu memanggil Adi dan Anton untuk kembali berada di garis start.

Adi dan Anton bersiap-siap. Pak Bambang membunyikan peluitnya. Adi dan Anton lalu berlari kencang. Siswa yang lain bersorak menyemangati mereka. Beberapa meter sebelum mencapai garis finish, Anton terjatuh. Adi mencapai garis finish lebih dulu!

“Lihatlah, aku yang menang kali ini,” ucap Adi bangga.

“Kamu curang! Sengaja menyiku perutku agar jatuh!” tuduh Anton.

“Tidak! Kamu jatuh sendiri. Aku tidak melakukan apa-apa,” kilah Adi.

“Pokoknya kamu curang!”

Melihat keributan antara Adi dan Anton, Pak Bambang segera menghampiri mereka dan menanyai keduanya. Anton dan Adi pun saling membela diri.

“Sudah, sudah. Jangan saling menyalahkan. Adi, apa benar kamu sengaja menyiku Anton?” tanya Pak Bambang.

“Tidak, Pak,” jawab Adi.

Pak Bambang lalu berkata, “Adi berkata jujur, Anton. Saat kalian berlari tadi, Bapak tidak melihat Adi menyiku perut kamu. Bapak tahu persaingan antara kalian. Itu bagus. Tapi jangan sampai persaingan itu membuat kalian bertengkar. Kalian harus sportif. Kalian juga harus cinta damai. Dalam pertandingan, kalah menang sudah biasa. Benar begitu anak-anak?” tanya Pak guru.

“Benar, Pak,” jawab semua siswa kompak.

“Iya, Pak,” jawab Anton mengikuti dengan suara lemah.

Anton menyadari kesalahannya. Dia lalu meminta maaf pada Adi karena telah menuduhnya berbuat curang. Siswa yang lain bertepuk tangan saat mereka berjabat tangan. Cinta damai itu memang indah. *

Penulis: Umi Salamah
Pendongeng: Paman Gery (paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita