Siang itu, matahari bersinar cerah di atas kawasan Hutan Pinus di Sumberjaya, Lampung Barat. Di bawah pohon, tampak tiga anak semut sedang mondar-mandir.
“Aduh, ke mana sih Dobi!” gerutu Mota.
“Iya, tidak biasanya Dobi selambat ini,” timpal Sole, si semut paling gemuk.
Nomi, semut satunya lagi lalu berkata, “Sabar, kita tunggu sebentar lagi! Aku yakin, Dobi pasti menepati janji.”
Mota dan Sole tidak menjawab.
“Tuh, kan, Dobi datang!” seru Nomi girang.
Dengan terengah-engah Dobi mendekat, “Maaf, teman-teman, aku terlambat! A..aku harus…”
“Sudah, nanti saja ceritanya! Kita harus segera ke tepi hutan,” potong Sole.
“Tapi, Sole… Aku datang kemari untuk memberi tahu kalau sebenarnya aku tidak bisa ikut bermain bersama kalian. Ibuku sedang sakit.”
“Ibumu, sakit apa, Dobi?” khawatir Nomi.
Sesaat Dobi diam, “Sejak pagi, ibuku muntah-muntah. Sepertinya, ibu keracunan makanan,” lirihnya.
“Maafkan aku, Dobi. Lalu, bagaimana kondisi ibumu sekarang?” sesal Sole.
“Ibuku masih lemah. Karena itu, aku harus mencari obat penawarnya!” terang Dobi pelan.
Mota yang sedari tadi menyimak percakapan ketiga sahabatnya itu akhirnya berseru, “Aku pernah mendengar cerita tentang keampuhan madu lebah hutan pinus sebagai obat penawar racun. Madu itu milik Ratu Lebi! Menurut para penghuni hutan, Sang Ratu lebah itu terkenal sangat baik hati. Kita bisa minta pertolongan padanya.”
“Kalau begitu, kita harus menemui Ratu Lebi sekarang! Ibu Dobi sangat membutuhkan madu itu,” usul Nomi.
“Benar, Nomi! Karena itu, rencana bermain hari ini kita tunda dulu. Masalah Dobi jauh lebih penting. Sebagai sahabat, kita harus membantunya,” tegas Mota.
Dobi terharu sekali. Ternyata, ketiga sahabatnya itu sangat pengertian. Mereka pun bergegas menuju ke istana Ratu Lebi.
Beberapa lama kemudian, mereka berhasil menemukan pohon pinus istana Ratu Lebi. Ketika itu, ada seekor lebah pekerja sedang terbang rendah.
Mota segera menyapa dan menyampaikan maksud kedatangannya. Dengan senang hati, si lebah mengantarkan Mota, Dobi, Sole, dan Nomi menghadap Ratu Lebi.
“Maafkan kedatangan kami jika mengganggu sang Ratu! Kami bermaksud ingin meminta bantuan,” tutur Mota santun.
“Apa yang bisa saya bantu?” tanggap Ratu Lebi ramah.
Dobi pun menceritakan masalahnya. Mendengar itu, Ratu Lebi mengangguk. “Bawalah sekantung madu ini! Minumkan pada Ibumu secara rutin tiap pagi dan sore. Semoga Ibumu segera pulih kembali.”
Dobi sangat berterima kasih atas kemurahan hati Ratu Lebi. Mereka berempat lalu berpamitan pada Sang Ratu.
Dobi merasa lega dan bahagia. Berkat bantuan sahabat-sahabat terbaiknya, ia berhasil menemukan obat penawar racun untuk ibunya. Itulah indahnya persahabatan. *
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita