Pukul 10 malam, Papa membangunkan Rubby yang tidur lelap di rumah mereka di Palu, Sulawesi Tengah.
“Ada apa, Pa?” tanya Rubby sambil mengucek-ucek matanya.
“Ayo keluar. Ada gempa. Mama dan adikmu sudah di luar menyelamatkan diri.” Papa lalu menggendong Rubby dan berlari menuju luar rumah.
Rubby mendengar bunyi dentuman keras dan teriakan dari orang-orang yang berlarian.
Malam itu keluarga Rubby dan para tetangga akhirnya tidur di tenda di halaman rumah masing-masing, berjaga-jaga jika ada gempa susulan.
Keesokan harinya Rubby melihat kondisi kampungnya setelah gempa. Beberapa rumah tetangganya roboh dan tinggal puing-puing saja. Rumah Rubby sendiri masih utuh. Hanya terdapat retakan-retakan di tembok.
“Ayo kita bersihkan rumah kita. Kamu bantu Papa menyingkirkan puing-puing retakan tembok di lantai,” ajak Papa.
Dengan cekatan Rubby membantu Papa membersihkan rumah.
Menjelang petang, beberapa relawan kemanusiaan datang membawa bantuan berupa makanan, pakaian dan obat-obatan. Para relawan mendirikan posko di rumah Rubby, karena kondisi rumahnya yang tidak terlalu parah kerusakannya.
“Rubby, Papa ingin membuat dapur umum relawan di rumah kita,” kata Papa kepada Rubby. “Dapur umum relawan adalah satu bentuk penghargaan kita terhadap relawan yang bertugas tanpa lelah membantu warga kampung kita pasca gempa.”
“Kan mereka bisa masak sendiri, Ayah?” tukas Rubby.
“Juru masak sebaiknya bukanlah relawan yang bertugas hari itu, tapi orang khusus yang ditugaskan memasak. Sehingga konsentrasi dan tenaga relawan bisa fokus pada pekerjaaannya. Menurut Papa, jangan biarkan relawan memasak sendiri. Bayangkan, mereka seharian membantu sesama, kemudian pulang ke posko dengan rasa lapar dan sesampai di posko masih harus memasak. Dengan adanya dapur umum relawan, maka saat kembali ke posko, mereka bisa langsung makan makanan bergizi, dan akhirnya bisa istirahat, sehingga siap bertugas lagi besoknya,” jelas Papa.
Rubby mengangguk mengerti.
“Para relawan itu adalah pahlawan kemanusiaan, Nak,” ujar Papa lagi.
“Pahlawan kemanusiaan itu apa, Pa?”
“Pahlawan kemanusiaan adalah mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk kemanusiaan. Mereka bekerja tidak mencari penghargaan, karena penghargaan bukanlah tujuan dari seorang pahlawan,” jelas Papa.
“Bagaimana? Rubby bersedia kan membantu Papa menjadi juru masak di dapur umum sukarelawan?” kata Papanya lagi.
“Siap, Pa,” ucap Rubby lantang.
Papa tersenyum bangga dengan sikap Rubby. Papa memang bertekad, jiwa kepahlawanan harus mulai dipupuk dan dibiasakan sejak dini kepada putranya itu. Agar Rubby bisa menjadi sosok pribadi yang selalu peduli untuk membantu sesama. *