Pada sebuah lembah hijau dan subur di pulau Kalimantan, hiduplah tiga anak kelinci yang sehat bernama Ban, Bin, dan Bun. Sejak kecil, mereka saling menjaga dan hidup rukun bersama kedua orangtua mereka. Dimana ada Ban, pasti ada Bin dan Bun. Begitu pula sebaliknya.
Saat matahari pagi muncul dengan cahaya hangatnya, Ban, Bin dan Bun biasanya segera pergi ke luar rumah untuk merentangkan tangan-tangan mungil mereka, sambil menghirup udara pagi yang segar.
“Bangun pagi dan melompat-lompat di padang rumput sangat baik untuk kesehatan kalian, Nak! Bagi para kelinci, itu sama dengan berolahraga,” begitu pesan Ayah dan Ibu kepada Ban, Bin, dan Bun.
Sayang, beberapa hari ini, Bun tidak pernah mau lagi ikut berolahraga bersama kedua saudaranya. Ia lebih suka tinggal di rumah, menonton televisi sambil makan kue kesukaannya.
”Bun, mari kita ke luar rumah. Hari sangat cerah. Olahraga, yuk! Tak inginkah kamu berolahraga melompat-lompat dan bermain riang gembira seperti biasa?” ujar Ban kepada Bun pada pagi ini.
“Kalian saja yang pergi. Aku ingin di rumah saja menonton televisi,” jawab Bun kepada Ban dan Bin sambil tak henti mengunyah kue kesukaannya.
Meskipun Bun akhir-akhir ini selalu menolak, Ban dan Bin tak bosan untuk mengajak Bun berolahraga. Bahkan Ayah dan Ibu juga sering membujuk Bun agar mau berolahraga melompat-lompat di luar rumah.
”Nak, malas berolahraga membuat kita mudah terkena penyakit,” kata Ayah.
”Iya, Nak. Seharian di rumah dan hanya menonton televisi tidaklah baik. Olahraga membuat tubuh kita kuat dan hati gembira,” timpal Ibu.
Namun Bun tetap tak mau keluar rumah.
Hari terus berganti. Bun kini mulai merasakan tidak enak pada tubuhnya. Karena tubuhnya itu terus membesar, dan perutnya pun mulai terasa sakit. Hingga akhirnya, Bun benar-benar sakit dan tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.
Selama sakit itu, Bun merasa bosan dan sedih. Sekarang, ia sangat ingin bermain di luar bersama saudara-saudaranya. Ia rindu melompat-lompat di bawah sinar matahari yang hangat dan udara pagi yang segar.
Ayah dan Ibu memanggil Pak Docil, seekor kelinci tua yang sering mengobati kelinci yang sakit. Setelah memeriksa Bun dan memberikan obat untuk sakitnya, Pak Docil berkata bahwa Bun kebanyakan makan dan tidak pernah berolahraga.
Sebelum pulang, Pak Docil berpesan kepada Bun, bahwa makan kue dan menonton televisi boleh saja, asal tidak berlebihan. Tak lupa Pak Docil berpesan, agar Bun rajin berolahraga saat sudah sembuh nanti.
Bun sangat menyesal karena tidak menuruti nasihat Ayah dan Ibunya. Setelah sembuh, ia kembali rajin berolahraga bersama Ban dan Bin.*
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita