logo nusantara bertutur

 

 

 

Di salah satu bagian hutan Kalimantan,  sebatang pohon jati masih berdiri kokoh diantara beberapa jenis pohon yang tersisa. Raut wajah pohon jati  tampak murung.

“Cuit cuit cuit…!” suara burung pipit datang dan bertengger pada ranting pohon jati itu.

“Kenapa kau tampak murung teman?” tanya Burung Pipit.

“Aku sedih segerombolan manusia sudah menebang semua teman-temanku. Sekarang pohon jati yang tersisa hanya aku,” jawab Pohon Jati sedih.

“Mengapa mereka menebang teman-teman mu?” tanya si Burung Pipit.

“Karena badan pohon jati yang kuat ini menghasilkan banyak manfaat untuk kehidupan manusia sehari-hari. Mereka mengubahku menjadi berbagai macam perlengkapan rumah,” jawab Pohon Jati putus asa. “Tetapi, para manusia itu tidak memikirkan kelanjutan hidup dari pohon-pohon jati dan juga pohon-pohon lainnya di hutan ini. Karena hutan ini sekarang telah menjadi gundul.”

Sejenak suasana mejadi hening.

“Lihat disana!!” tiba-tiba terdengar suara  manusia mengejutkan pohon jati dan burung pipit. Ternyata sekelompok anak dan satu orang dewasa datang menghampiri ke arah pohon jati. Pohon jati dan burung pipit ketakutan. Pohon jati lalu berpikir, apakah dirinya juga akan bernasip seperti teman-temannya?

“Ini dia, pohon jati seperti gambar yang ditunjukkan ibu guru,” ujar Una salah seorang anak. “Tetapi mengapa pohon jati ini hanya ada satu di hutan yang luas ini?” lanjutnya keheranan.

“Coba kamu lihat di sekeliling pohon jati ini,” tangan ibu guru lalu menunjuk-nunjuk kearah lahan bekas pohon-pohon jati lainnya yang telah ditebang. “Pada awalnya jumlah pohon jati di sini banyak. Tapi segelintir manusia yang tidak bertanggung-jawab lalu menebang pohon-pohon tersebut tanpa menggantinya dengan bibit pohon yang baru,” sambung ibu guru.

“Jadi mereka sama saja merusak tempat tinggal hewan-hewan di hutan ini ya bu?” seru Nino.

“Iya benar. Dan bukan itu saja, para penebang itu juga telah merusak hutan sebagai paru-paru bumi.  Karenanya hutan menjadi gundul. Maka dari itu kita hari ini  kan menanam bibit-bibit pohon jati di hutan yang gundul ini,” ujar ibu guru.

Mendengar perkataan ibu guru tersebut,  si pohon jati merasa bahagia. Ternyata masih ada manusia yang perduli dengan alam sekitarnya.

“Ayo kita tanam, agar pohon jati ini memiliki teman,” seru Una dengan semangat.

“Iya, ayo-ayo segera kita tanam, agar hewan-hewan disini kembali memiliki tempat tinggal yang layak,” timpal Nino menyemangati teman-temannya yang lain.

Satu persatu bibit pohon jati pun mulai ditanam. Si pohon jati dan burung pipit pun merasa bahagia melihat para manusia itu menanami kembali lahan hutan yang telah gundul dengan bibit-bibit pohon baru. *

Penulis: Majdina
Pendongeng: Paman Gery (@paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita