logo nusantara bertutur

 

 

 

Kak Ratna menatap heran tumpukan gulungan kertas yang menggunung di keranjang sampah yang terletak di samping meja belajar Menik, adiknya yang masih duduk di kelas 4 di sebuah sekolah dasar di Banyumanik, Semarang.

“Dik, kenapa sampah kertasnya banyak sekali?” tanya Kak Ratna.

“Iya, Kak, aku sedang mengerjakan pekerjaan rumah menulis cerita dari bu guru. Tapi aku masih belum tahu mau nulis apa, jadinya salah terus. Kertasnya aku sobek dan aku buang deh ke keranjang sampah,” jawab Menik.

“Wah, itu pemborosan.”

“Tapi aku masih punya banyak buku, kok, Kak,” kata Menik sambil menunjukkan tumpukan buku tulis baru miliknya.

“Alangkah baiknya kamu menghemat penggunaan kertas, Dik. Karena dengan kamu menghemat kertas, maka  kamu bisa ikut menjaga kelestarian hutan,” jelas Kak Ratna.

Menik mengernyitkan dahi.

“Kertas dibuat dari pohon pinus. Diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun untuk memproduksi 1 rim kertas. Semakin banyak kita menggunakan kertas berarti semakin banyak pula pohon yang harus ditebang. Akibatnya banyak penebangan pohon liar, dan tanpa penanaman kembali bisa menimbulkan kerusakan lingkungan. Perusakan itu menimbulkan berkurangnya jumlah pohon yang dapat digunakan untuk produksi, serta mengakibatkan penggundulan hutan.”

“Jadi kita harus bijaksana dan hemat dalam menggunakan kertas ya Kak?”

“Benar sekali. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk ikut menjaga hutan, terutama dalam penggunaan kertas.”

“Bagaimana caranya Kak?” Menik penasaran.

“Dengan cara mendaur ulang kertas yang sudah tidak terpakai untuk diubah menjadi barang yang bermanfaat,” jelas Kak Ratna.

Kak Ratna lalu mengambil kertas yang ada dikeranjang sampah, mengguntingnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kemudian sobekan kertas itu direndam di air panas sehingga menjadi bubur kertas.

Menik memperhatikan kegiatan kakaknya dengan seksama. Setelah bubur kertas benar-benar halus, Kak Ratna lalu melakukan proses pencetakan kertas dengan menggunakan kasa. Permukaan kasa yang sudah penuh dengan bubur kertas, kemudian dijemur sampai kering.

Satu jam kemudian Kak Ratna memeriksa dan melepaskan kertas tersebut dari kasa.

“Ini hasil kertas daur ulangnya,” seru Kak Ratna.

“Wah, bisa digunakan untuk menulis lagi, ya, Kak?”

“Tentu saja. Selain bisa untuk menulis, kertas daur ulang ini juga bisa untuk membuat kerajinan. Dengan mendaur ulang kertas, selain ikut menjaga kelestarian hutan, kita juga bisa mengembangkan kreativitas.”

Menik mengangguk mengerti. Ia berjanji untuk lebih bijaksana dalam menggunakan kertas. Sebab menjaga kelestarian hutan, bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau para penjaga hutan saja, tapi tanggung jawab kita semua bersama. *

Penulis: Yeni Endah
Pendongeng: Kang Acep
Ilustrasi: Regina Primalita